Senin, 07 Juni 2010


















Menkop UKM Syarifuddin Hasan, bersama Ketua Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) DPP Hipmikindo, Hj Decy Widhiyanti. Gambar lain, Hj Decy bersama Inggrid Kansil, anggota Komisi VIII DPR RI.





Menkop Sjarifuddin Hasan dukung

LPP Hipmikindo gelar 'duta batik'


JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Sjarifuddin Hasan, mendukung upaya yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Perempuan LPP-DPP Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil (Hipmikindo) yang sangat serius dan peduli dalam gerakan membudayakan busana batik sebagai wajah asli Indonesia, melalui pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara dan Duta Batik Indonesia.


"Apalagi Hipmikindo telah bergerak, turun ke daerah memasyarakat batik. Selama ini, memang baru usaha menengah yang tampil di kancah nasional. Diharapkan, usaha mikro dan kecil juga mendapat kesempatan yang sama," kata Menkop UKM Syarifuddin Hasan, seperti dikutip Ketua Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) DPP Hipmikindo, Hj Decy Widhiyanti, di Jakarta, Selasa (8/6).

Pihak LPP DPP Hipmikindo sendiri, menurut Decy Widhiyanti, telah melibatkan kalangan
pengrajin batik dari berbagai daerah antara lain Pekalongan, Cirebpon, Brebes, Kebumen, untuk
mengambil bagian dalam kegiatan "Pesona Kerajinan Tangan Nusantara (Pranantara)", di Gedung Binasentra, Bidakara, Jakarta, Minggu (6/6).

Kegiatan yang berlangsung sepekan (1-6 Juni 2010) tersebut, dibuka Menteri Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Sjarifuddin Hasan, selanjutnya ditutup Inggrid Tansil, mantan model/pesinetron yang kini anggota DPR RI, Komisi VIII dari Fraksi Demokrat mewakili Linda Gumelar, Menneg Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PA).

Menurut Decy Widhiyanti, setelah sukses menggelar acara Pranantara yang diikuti 34 stand
busana batik, pemilihan putra-putri batik Nusantara, lomba penulisan artikel batik, demo batik, seminar wirausaha, sosialisasi KUR, workshop, LPP DPP Hipmikindo berencana tahun 2011 mendatang kembali akan mengadakan "Pemilihan Duta Batik Indonesia".

Perlu Perda
Membudayakan batik sebagai wajah asli Indonedsia, diharapkan tidak terbatas pada pakaian
saja, tapi perlu terus dikembangkan ke produk lain seperti tas, sepatu dan lain-lain. "Upaya ini perlu terus didorong dengan bersinerji dengan pihak lain, sehingga sekaligus bisa turut meningkatkan kesejahteraan perajin," kata Inggrid Tansil, kepada wartawan usai menutup "Pesona Kerajinan Tangan Nusantara
(Pranantara).

"Kalau perlu, dalam seminggu ditradisikan kepada pegawai, karyawan, untuk tiga kali berbatik, diperkuat dengan undang-undang atau peraturan daerah. Upaya ini bisa membantu sebagai upaya pelestarian batik ada gregetnya," katanya.

Selain itu, kata Inggrid, saat ini dengan dimasyarakatkannya busana batik, terbuka peluang
besar bagi usaha kecil menengah (UKM), disamping memberi kontribusi dalam hal lapangan kerja, ikut membantu penanggulangan kemiskinan, selain selalu mengiktui trend pasar luar negeri.

Meski demikian, mantan model iklan/pesinetron mengingatkan, salah satu tantangan terberat bagi pengembangan batik, adalah dengan masuknya era perdagangan bebas. Pasar batik akan mendapat serbuan dari produk negeri Cina dengan harga relatif murah. Karena itu, perlu terus dilakukan upaya peningkatan dalam hal disain dan mutu batik, dengan ciri khas etnis dan budaya daerah.

Disamping itu, kata Inggrid Tansil, perlu terus meningkatkan promisi dalam dan luar negeri
melalui berbagai pemeran. Kegiatan seperti ini bisa dipadukan dengan acara gelar budaya dan pesta adat untuk mempertahankan batik sebagai aset nasional.

"Kita harus bangga dan mengapresiasi, dengan cara batik harus digunakan, dilestarikan, batik bisa keren, tergantung kreativitas kita," kata Inggrid.

Sementara itu, Panjaitan, Ketua DPP Hipmikindo mengungkapkan, saat ini sudah tersebar
pengurus DPD-DPC Hipmikindo di-33 provinsi. Panjaitan mengaku sangat mendukung upaya Lembaga Pemberdayaan Perempuan yang diketuai Hj Decy Widhiyanti, merangkul pengrajin batik di daerah untuk ikut berkiprah di level nasional.

"Upaya tersebut perlu didorong. Sebab ini sekaligus sebagai sebagai bukti bahwa ternyata, dari sekian banyak pengusaha kecil kita, sekitar 60 persen yang eksis adalah kaum perempuan. Artinya, ekonomi keluarga lebih banyak ditopang oleh kaum perempuan," katanya.
(nur aliem halvaima***)

0 komentar:

Posting Komentar