Sekitar 49 tahun lalu di Mandai, pinggiran kota Makassar, saya tenggelam bersama buku-buku bacaan,buku inpres yang didrop ke ruang kantor ayah saya, Haji Muhammad Bakri Puang Boko di P&K (sekaranag Diknas) Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Saat itulah muncul kegemaran saya membaca apa saja, termasuk saat itu majalah Kuncung, buku-buku serial petualangan.
Karena sering membaca, tulisan di buku-buku tadi, menghilhami tulisan cerita anak-anak yang saya buat kemudian dimuat di koran tertua di Indonesia Timur, kini sdh almarhum yakni PEDOMAN RAKYAT. Kegemaran membaca ini berlanjut hingga ke bangku kuliah di Institut Agama Islam Negeri-IAIN (kini Universitas Islam Negeri-UIN) Alauddin Makassar, bahkan hingga sekarang, dalam mengisi hari-hariku sebagai jurnalis di Harian Sore TERBIT (Poskota Grup).
Dari dulu, memang obsesi saya ingin punya perpustakaan sendiri, dimana orang sekitar saya bisa dengan mudah memperoleh bacaan. Ya semacam taman bacaanlah. Sekarang setelah 49 tahun kemudian, obsesi tersebut baru bisa saya wujudkan. Itupun harus memanfaatkan bekas garasi rumah di Wisma Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, yang sudah lama kosong -- karena memang tidak punya mobil -- yang disulap jadi perpustakaan mini sekaligus merangkap taman bacaan.
Koleksi bukunya masih sedikit karena memang hanya mengandalkan koleksi pribadi. Baik yang dikumpulkan selain dari hasil pembelian di toko buku, pameran buku murah, bazaar buku langka, juga diperoleh karena rajin menghadiri acara peluncuran buku baru dan bedah buku. yang terakhir ini, jelas diperoleh secara gratis, cuma-cuma, langsung dari penerbit dan pengarangnya.
Untuk menambah wawasan saya mengenai bagaimana mengelola taman bacaan, atau lebih luas lagi mengelola perpustakaan untuk umum, saya juga "bela-belain" datang ke setiap seminar, workshop, diskusi tentang perpustakaan yang diselenggarakan penerbit Kompas Gramedia, Ikapi, Perpustakaan Nasional, di antaranya yang pernah digelar di Istora Senayan, JICC, bahkan terakhir (belum lama ini) saya hadir sebagai peserta Dialog Nasional Soal Perpustakaan yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional di Hotel Borobudur Jakarta.
Saya yakin, nantinya koleksi buku di taman bacaan mini ini -- nama kerennya: TAMAN BACAAN MASYARAKAT RAIHAN -- akan bertambah seiring adanya perhatian, respon, partisipasi dan bantuan, sumbangan secara sukarela dari teman-teman (salah satunya dari melalui jejaring sosial seperti twitter, blog, facebook).
Obsesi itu, pelan tapi pasti, kini mulai terwujud dan membuahkan hasil. Saya sekarang bersama istri dan anak-anak, dibantu warga kompleks perumahan, memulai dengan program KAMPANYE GEMAR MEMBACA, sekalipun agak terlambat memang. Tapi sungguh, ini saya harus akui, adalah merupakan langkah kemajuan yang drastis, bombastis, dalam kehidupan saya.
Yuk...rame-rame membaca........terima kasih. Bekasi 010509.
Karena sering membaca, tulisan di buku-buku tadi, menghilhami tulisan cerita anak-anak yang saya buat kemudian dimuat di koran tertua di Indonesia Timur, kini sdh almarhum yakni PEDOMAN RAKYAT. Kegemaran membaca ini berlanjut hingga ke bangku kuliah di Institut Agama Islam Negeri-IAIN (kini Universitas Islam Negeri-UIN) Alauddin Makassar, bahkan hingga sekarang, dalam mengisi hari-hariku sebagai jurnalis di Harian Sore TERBIT (Poskota Grup).
Dari dulu, memang obsesi saya ingin punya perpustakaan sendiri, dimana orang sekitar saya bisa dengan mudah memperoleh bacaan. Ya semacam taman bacaanlah. Sekarang setelah 49 tahun kemudian, obsesi tersebut baru bisa saya wujudkan. Itupun harus memanfaatkan bekas garasi rumah di Wisma Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, yang sudah lama kosong -- karena memang tidak punya mobil -- yang disulap jadi perpustakaan mini sekaligus merangkap taman bacaan.
Koleksi bukunya masih sedikit karena memang hanya mengandalkan koleksi pribadi. Baik yang dikumpulkan selain dari hasil pembelian di toko buku, pameran buku murah, bazaar buku langka, juga diperoleh karena rajin menghadiri acara peluncuran buku baru dan bedah buku. yang terakhir ini, jelas diperoleh secara gratis, cuma-cuma, langsung dari penerbit dan pengarangnya.
Untuk menambah wawasan saya mengenai bagaimana mengelola taman bacaan, atau lebih luas lagi mengelola perpustakaan untuk umum, saya juga "bela-belain" datang ke setiap seminar, workshop, diskusi tentang perpustakaan yang diselenggarakan penerbit Kompas Gramedia, Ikapi, Perpustakaan Nasional, di antaranya yang pernah digelar di Istora Senayan, JICC, bahkan terakhir (belum lama ini) saya hadir sebagai peserta Dialog Nasional Soal Perpustakaan yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional di Hotel Borobudur Jakarta.
Saya yakin, nantinya koleksi buku di taman bacaan mini ini -- nama kerennya: TAMAN BACAAN MASYARAKAT RAIHAN -- akan bertambah seiring adanya perhatian, respon, partisipasi dan bantuan, sumbangan secara sukarela dari teman-teman (salah satunya dari melalui jejaring sosial seperti twitter, blog, facebook).
Obsesi itu, pelan tapi pasti, kini mulai terwujud dan membuahkan hasil. Saya sekarang bersama istri dan anak-anak, dibantu warga kompleks perumahan, memulai dengan program KAMPANYE GEMAR MEMBACA, sekalipun agak terlambat memang. Tapi sungguh, ini saya harus akui, adalah merupakan langkah kemajuan yang drastis, bombastis, dalam kehidupan saya.
Yuk...rame-rame membaca........terima kasih. Bekasi 010509.