Cucuku Senandung Aqila Akbar (Kiwa, 9 bulan) |
Buktinya, saya sendiri mengalaminya. Waktu kelahiran anak sendiri, saya tidak berani menggendongnya. Ada rasa takut kalau terjadi apa-apa. Eh dengan cucu, rasanya jadi berani menggendong.
Beda lagi dengan isteri, menghadapi cucunya, seperti tidak bisa lepas dari rasa rindu. Jadwal kunjungan ke cucu pun sering tidak terjadwal lagi. Kalau cucu tidak berkunjung dalam seminggu, maka neneknyalah yang datang menemui sang cucu tercinta.
Adalah Harbert Newton Casson, penulis buku produktif, dalam tulisannya ia mengungkapkan rahasia di balik kecintaan seorang kakek atau nenek terhadap cucunya.
Berikut saya kutip bagian dari pembahasan soal kakek-nenek vs cucu itu. Silahkan disimak berikut ini semoga bermanfaat:
Kiwa, sang cucu |
Sering Anda mendapati beberapa kaum tua renta yang terlihat lebih menyayangi cucu-cucunya dari pada anak kandungnya sendiri. Ada dua kemungkinan yang mendasari kecondongan kaum tua tersebut.
Pertama, ketika mereka masih menjalani masa-masa aktif (masa muda) mereka lebih konsen terhadap dunia yang digelutinya. Sedikit mengabaikan urusan rumah tangga, melalaikan kasih sayangnya terhadap anak-anak. Maka wajar sekali, ketika mereka menjadi tua, ketika mereka tak disibukkan lagi dengan urusan kerja, mereka ingin mencurahkan kaish sayang yang dulu sempat tersita.
Kedua, mungkin saja, (setelah mereka menjalani usia tua) banyak di antara kaum dewasa yang mengabaikannya, tak menghormati mereka. Tak seperti anak-anak kecil yang selalu dengan keberadaan mereka (kaum orang tua).
Artinya, hanya anak-anak kecillah yang tak sungkan berdekatan dengan mereka. Anak-anak kecil masih berani naik ke panggung mereka, anak kecil masih berani meminta mereka menjadi kuda. Yang hal demikian riskan sekali dilakukan orang dewasa. Oleh karenanya, orang tua lebih akrab dengan anak-anak.
Sumber : Produktif di Usia Senja (judul asli : How to live 80 years old)
Karangan : Harbert Newton Casson (Kinza Books, 2009)
Kakek dan cucu |
0 komentar:
Posting Komentar