Kamis, 24 November 2011

TIBA-TIBA teringat Taman Rekreasi Cimalati. Itu sebabnya, begitu ketemu hari libur Idul Adha 1432 H yang jatuh pada hari Minggu 6 November 2001 lalu, saya memutuskan memboyong keluarga mengunjungi taman rekreasi primadona di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang berada di kawasan wisata yang terletak di Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug ini.
Beberapa tahun lalu, tepatnya ketika Harian Terbit merayakan ulang tahunnya (sudah lupa tahun berapa), Cimalati menjadi pilihan teman-teman panitia dadakan yang juga bekerja secara dadakan. Bahkan sempat-sempatnya menghadirkan artis penyanyi lagu-lagu Mandarin, Merry Andani, dengan MC Taufik Savalas (almarhum). Semua karyawan dan keluarganya, wartawan hingga pegawai percetakan, menikmati liburan di Cimalati ini.


Selain saat perayaan ulang tahun koran sore dari Pos Kota Grup ini, Taman Rekreasi Cimalati memang bukan tempat yang asing bagi keluarga kami. Tak jauh dari Cimelati, atau tepatnya di depan Taman Angsa arah dari Bogor ke Sukabumi, adalah tempat anak saya -- yang ketika itu baru saja tamat dari bangku SD -- mondok saat jadi santri di Pondok Pesantren Darul Hidayah, Desa Tenjo Ayu, Kecamatan Cicurug.

Hampir setiap bulan, atau paling tidak dua minggu sekali, menyempatkan diri ke Cimalati. Selain dekat, memang ada rumah pribadi dari salah seorang ustadz pondok yang hanya beberapa ratus meter dari Cimalati. Ya, beliau adalah Ustadz Abdul Azis Mahrodji. "Kalau ke Cimalati, gak usah nginap di vila atau di dalam areal taman rekreasi. Kan ada rumah saya, sekalian kita nyate dan bikin coto Makassar dari sapi kurban," kata Pak Azis. Wah, boleh juga nih tawarannya.

Diusir Satpam

Sore harinya baru berjalan kaki ke Taman Rekreasi Cimalati. Sayangnya, Cimalati sepi. Pengelola yang sudah berupaya terus menata dan membenahi berba-gai fasilitasnya, hari itu rupanya sengaja tidak mau menerima kunjungan wisatawan. Hanya beberapa orang terlihat, juga suami-isteri membawa anak kecil asyik bergfoto-foto di tepi kolam.

Fasilitas baru berupa waterboom, yang kabarnya masih sentuhan tangan mantan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Acep Barnasyah itu, terlihat berdiri angkuh dikeliling pagar besi yang sengaja dikunci rapat, mirip pembatas yang dipakai stasiun kereta api. Waterboom yang menelan dana sekitar Rp2,5 miliar itu, tak bisa didekati apalagi untuk dipakai sebagai foto latarbelakang.

"Ayo keluar, hari ini tidak terima kunjungan. Pintu mau ditutup," teriak seorang petugas satpam, dengan nada yang jauh dari sikap santun. Buru-buru seorang ibu menyambar anaknya yang menangis karena masih ingin berlama-lama, dan langsung angkat kaki dari hadapan petugas satpam yang nampaknya belum menghayati program Sapta Pesona -- di antaranya bersikap ramah, senyum kepada pengunjung obyek wisata itu.

Sang ibu tadi, lalu menggerutu saat berada di luar gerbang Cimalati, yang sebenarnya merupakan salah satu tempat pariwisata yang menjadi andalan pemerintahan Kabupaten Sukabumi. (aliem)

0 komentar:

Posting Komentar