RANAH MINANG, Sumatera Barat, alamnya elok dan kaya dengan adat budaya. Pantainya yang menghadap ke Selat Mentawai sebagian besar cukup terjal walaupun banyak yang landai dan indah di beberapa teluk maupun tanjung. Tetapi kali ini kita tidak akan pergi ke pantai, melainkan ke dataran tinggi sekitar Gunung Marapi sebagai destinasi.
Karena itu di kota Padang kita hanya
transit sebentar setelah pesawat dari Jakarta mendarat di Bandar Udara
(Internasional) Minangkabau. Tujuan utama adalah Kota Batusangkar di
Kabubaten Tanah Datar. Serombongan wisatawan Nusantara dari Jakarta
Timur, Dina Pertiwi, mahasiswa Universitas Gunadarma,
bersama tantenya Ny Syamtiar yang ditemani seorang putrinya Riri
Mayasari dan dua cucunya Veza dan Andin, bersafari ke sana. Kapan?
Tepat pada pergantian tahun 2011/2012 selama sepekan.
Dengan perjalanan darat dari kota Singkarak lewat tepi timur danau tersebut ke arah utara, lewat Padangpanjang, hanya satu sampai dua jam . Sementara bila menempuh jalan memutar ke selatan lewat Solok, Sawahlunto, Sijunjung dan Buo Lintau, sekitar satu jam lebih lama. Namun akan banyak pemandangan yang menakjubkan dan bangunan serta tempat bersejarah yang kita lewati sehingga menambah pengalaman nan tak terlupakan.
Kota Solok yang mengklaim sebagai pintu gerbang tanah Minangkabau. Ini benar bila kita datang dari arah kota Padang menuju Tanah Datar sebagai pusat kerajaan Pagaruyung. Solok sejak dahulu dikenal sebagai lumbung padi Sumatra Barat. Tidak heran bila ada lagu “Barek Solok” yang didendangkan biduanita Elly Kasim dan sangat populer tahun 1960-an. Hingga sekarangpun beras dari Solok dikenal bagus kualitasnya. Tak bedanya dengan beras Cianjur bagi orang-orang Jakarta dan Jawa Barat atau beras Delanggu bagi warga penduduk Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. (aliem)
salam:
tulisan lain bisa di klik di:
http://aliemhalvaima.blogspot.com
http;//daengnur.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar