Minggu, 16/11-2008, pukul 08.00 WIB, saya menuju Cililitan dengan sepeda motor kreditan, Yamaha Vega R keluaran terbaru. Melintasi jalur Kalimalang yang biasanya macet, alhamdulillah agak lancar di hari libur pagi itu.
Tidak seperti kalau hari kerja Senin-Sabtu, macetnya nggak kira-kira. Hanya tidak sampai satu jam melewati by pass - MT Haryono - Otista, saya sudah tiba di rumah seorang rekan, Drs Andi Effendi Nur, MM, persis di samping gedung Pusat Grosir Cililitan (PGC). Teman ini saya kenal, selain karena satu kampung dari Makassar, sejak ia masih Ketua Dekel (Dewan Kelurahan) Cililitan, berlanjut ia terpilih sebagai Ketua Dewan Kota (Dekot) Jakarta Timur. Sekarang ia menjadi calon legislatif (Caleg) untuk DPRD DKI Jakarta dengan daerah pemilihan (Dapil) Jakarta Timur.
Selesai ngobrol dan ngteh pagi-pagi, saya teruskan perjalanan ke Senayan. Sebelumnya, mampir ke PGC beli kaos kaki dan peralatan pelapis dada untuk menahan angin dari arah depan kalau naik motor.
Sudah beberapa hari, iklannya muncul di sejumlah surat kabar nasional. Sayang, iklannya tidak ikut dimuat di surat kabar tempat saya bekerja: HARIAN TERBIT (Poskota Grup). Kalau dimuat kan bisa nambah-nambah kesejahteraan bagi karyawan, termasuk saya tentunya sebagai wartawannya.
Oh ya, soal iklan tadi, sangat mengusik saya. Book fair dan pameran komputer. Maklum, namanya pameran buku, apapun namanya kalau soal buku, saya orangnya sensitif. Kemana pun saya kejar, pakai motor atau kendaraan umum, tentunya. Mungkin ini yang namanya "kutu buku" kali ya? Saat ada waktu, sudah hari penutupan Minggu 16/11-2008. Akh, yang penting datang, dari pada kesempatan ini terlewatkan begitu saja, kan sayang? pikir saya.
Begitu menjelang pintu masuk Senayan setelah melewati Jembatan Semanggi dan Hotel Sultan (dulu sih namanya Hilton), tepatnya di gedung Jakarta Conventioan Centre (JCC) yang dulu masih bernama Balai Sidang, arus lalulintas sudah merayap. Karena saya masih menggunakan sepeda motor, masih bisa nyalip sana nyalip sini hingga memutar ke depang gedung TVRI lalu belok kiri ke areal parkir depan gedung olah raga selam. Waduh, parkir juga ngantri. Antara yang mau keluar dan yang mau masuk. Saya memang datang agak siang, kira-kira pukul 13.00 WIB.
Selesai parkir, saya berbaur dengan kerumunan orang yang mungkin tujuannya sama: mau "cuci mata" (maklum, belanja nggak, keliling iya). Lagi-lagi pemandangan macet. Pada gedung pameran kompoter (Indo Match?) pengunjung antri di loket untuk membeli tiket. Gila, pameran komputer harus bayar Rp 5000/orang, dan itu orang rela antri. Ada sih yang gampang, lewat calo, tinggal nama beberapa ribu lagi. Akh, antrian ini saya tinggalkan lalu segera masuk ke pintu Book Fair. Nah, di sini lancar di pintu masuknya. Eh iya, kan gratis , nggak bayar.
Saya segera menyerbu stiap stand yang saya lewati. Waduh, sudah terpajang sejumlah buku-buku bagus. Asal tahu saja, saya itu paling suka buku-buku mengenai tokoh-tokoh yang berhasil, buku-buku jurnalistik, buku panduan apa saja. Saya menelan ludah melihat harga yang tertera di buku. He..he tidak terjangkau oleh isi dompet saya. Saya mutar lagi. Hingga akhirnya masuk ke stand yang ada buku diskon besar-besaran dan obral buku-buku murah. Sesaat tangan saya sudah pegal mengangkat tas kresek berisi buku-buku, sedang di punggung bertengger tas ransel. Perut pun baru terasa keroncongan. Saya putuskan cari makan dulu, shalat Ashar digabung Dhuhur yang ketinggalan, lalu buru-buru balik ke kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, tempat saya berkantor.
Sepanjang perjalanan Senayan-Pulogadung, hujan turun seolah menemani ke tempat tugas. Untung saja tidak banjir, hanya sejumlah badan jalan digenangi air.
Tidak seperti kalau hari kerja Senin-Sabtu, macetnya nggak kira-kira. Hanya tidak sampai satu jam melewati by pass - MT Haryono - Otista, saya sudah tiba di rumah seorang rekan, Drs Andi Effendi Nur, MM, persis di samping gedung Pusat Grosir Cililitan (PGC). Teman ini saya kenal, selain karena satu kampung dari Makassar, sejak ia masih Ketua Dekel (Dewan Kelurahan) Cililitan, berlanjut ia terpilih sebagai Ketua Dewan Kota (Dekot) Jakarta Timur. Sekarang ia menjadi calon legislatif (Caleg) untuk DPRD DKI Jakarta dengan daerah pemilihan (Dapil) Jakarta Timur.
Selesai ngobrol dan ngteh pagi-pagi, saya teruskan perjalanan ke Senayan. Sebelumnya, mampir ke PGC beli kaos kaki dan peralatan pelapis dada untuk menahan angin dari arah depan kalau naik motor.
Sudah beberapa hari, iklannya muncul di sejumlah surat kabar nasional. Sayang, iklannya tidak ikut dimuat di surat kabar tempat saya bekerja: HARIAN TERBIT (Poskota Grup). Kalau dimuat kan bisa nambah-nambah kesejahteraan bagi karyawan, termasuk saya tentunya sebagai wartawannya.
Oh ya, soal iklan tadi, sangat mengusik saya. Book fair dan pameran komputer. Maklum, namanya pameran buku, apapun namanya kalau soal buku, saya orangnya sensitif. Kemana pun saya kejar, pakai motor atau kendaraan umum, tentunya. Mungkin ini yang namanya "kutu buku" kali ya? Saat ada waktu, sudah hari penutupan Minggu 16/11-2008. Akh, yang penting datang, dari pada kesempatan ini terlewatkan begitu saja, kan sayang? pikir saya.
Begitu menjelang pintu masuk Senayan setelah melewati Jembatan Semanggi dan Hotel Sultan (dulu sih namanya Hilton), tepatnya di gedung Jakarta Conventioan Centre (JCC) yang dulu masih bernama Balai Sidang, arus lalulintas sudah merayap. Karena saya masih menggunakan sepeda motor, masih bisa nyalip sana nyalip sini hingga memutar ke depang gedung TVRI lalu belok kiri ke areal parkir depan gedung olah raga selam. Waduh, parkir juga ngantri. Antara yang mau keluar dan yang mau masuk. Saya memang datang agak siang, kira-kira pukul 13.00 WIB.
Selesai parkir, saya berbaur dengan kerumunan orang yang mungkin tujuannya sama: mau "cuci mata" (maklum, belanja nggak, keliling iya). Lagi-lagi pemandangan macet. Pada gedung pameran kompoter (Indo Match?) pengunjung antri di loket untuk membeli tiket. Gila, pameran komputer harus bayar Rp 5000/orang, dan itu orang rela antri. Ada sih yang gampang, lewat calo, tinggal nama beberapa ribu lagi. Akh, antrian ini saya tinggalkan lalu segera masuk ke pintu Book Fair. Nah, di sini lancar di pintu masuknya. Eh iya, kan gratis , nggak bayar.
Saya segera menyerbu stiap stand yang saya lewati. Waduh, sudah terpajang sejumlah buku-buku bagus. Asal tahu saja, saya itu paling suka buku-buku mengenai tokoh-tokoh yang berhasil, buku-buku jurnalistik, buku panduan apa saja. Saya menelan ludah melihat harga yang tertera di buku. He..he tidak terjangkau oleh isi dompet saya. Saya mutar lagi. Hingga akhirnya masuk ke stand yang ada buku diskon besar-besaran dan obral buku-buku murah. Sesaat tangan saya sudah pegal mengangkat tas kresek berisi buku-buku, sedang di punggung bertengger tas ransel. Perut pun baru terasa keroncongan. Saya putuskan cari makan dulu, shalat Ashar digabung Dhuhur yang ketinggalan, lalu buru-buru balik ke kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, tempat saya berkantor.
Sepanjang perjalanan Senayan-Pulogadung, hujan turun seolah menemani ke tempat tugas. Untung saja tidak banjir, hanya sejumlah badan jalan digenangi air.
0 komentar:
Posting Komentar