SIAPA di balik kesuksesan grup band Slank? Tidak bisa dilupakan begitu saja seorang bernama Bunda Ifet. Wanita berkacamata dan selalu tampil memakai kerudung ini, memang selalu berada di belakang panggung. Dialah manajer Slank.
Saat anak asuhannya ini duduk berderet dalam satu meja di depan sejumlah wartawan hiburan -- saya hitung2 ada tiga puluhan dari media elektronik plus kameramen -- Bunda Ifet terlihat hanya mengawasi dari kejauhan.
"Bunda Ifet,?" sapa saya sambil mengulurkan tangan bersalaman, saat peluncuran album baru Slank: "Anthem For The Broken Hearted" di stasiun TransTV, Mampang, Jakarta Selatan, pekan lalu. Sang Bunda hanya manggut-manggut, sambil memainkan jemarinya di atas keypad blackbery warna hijau.
Saat pertanyaan diajukan, bagaimana perasaan Bunda dengan suksesnya Slank menembus pasar rekaman di Amerika? Mulailah wanita yang pernah peraih penghargaan Perempuan PKS ini pun angkat bicara.
"Saya bangga, Slank akhirnya bisa go internasioanl," katanya. Kebetulan, Bunda mengaku ikut tour Slank di 15 kota di Amerika.
"Bunda melihat, penonton bule sangat antusias, mereka sangat respon. Yang lucu, kata Bunda, saat menjelang pentas Slank, Bunda termasuk yang sibuk mempromosikan "album rock" berupa CD/DVD Slank ke para bule di sana.
"Awalnya, mereka cuek, eh habis nonton konser Slank, rame-rame minta beli. Wah asyik juga nih musik rock anak muda Indonesia, kata Bulenya," cerita Bunda sambil tertawa.
Berkaitan bulan Ramadhan, Bunda Ifet juga punya kebiasaan menyiapkan makanan buka maupun sahur untuk Slank. Selebihnya, Slank setiap bulan puasa pasti sibuk mengurus dapur rekaman.
"Untuk makan sahur dan buka puasa, nggak semua personilnya Slank saya urusin. Cuma Bimbim saja karena memang saya serumah, yang lain seperti Kaka, Ivanka, Ridho dan Abdee, di rumah mereka masing-masing," katanya.
Masin adakah obsesi di benak Bunda Ifet yang belum terwujud hingga saat ini? "Hanya satu lagi yang belum terwujud, yakni saya ingin agar semua personil Slank naik haji. Ya, semua nanti harus haji," kata bunda.
Bunda Ifet, selama ini, memang berperan besar melambungkan nama grup rock dari Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, ini. Peran Bunda memang tak dapat dipungkiri. Dialah yang mengatur jadwal manggung hingga membantu sejumlah personel Slank dari ketergantungan obat-obatan berbahaya.
"Mungkin kalau nggak ada Bunda [Slank] mati atau masuk kantor polisi," ujar drummer Slank, Bimbim. Karena itu, sudah sewajarnya Slank berterima kasih atas jasa Bunda. Itu dibuktikan dengan diterbitkannya buku berjudul "Bunda Sayang" beberapa waktu lalu.
Buku itu berisi kisah pahit manis Bunda selama menemani anak-anak Slank. Kegigihan Bunda membimbing Slank diakui Bimbim. Apalagi, Bimbim lahir dari rahim Bunda.
Berawal dari permintaan Bimbim Slank, Bunda Ifet sampai sekarang bertekad ingin bisa mengobati anak-anak muda secara total yang terlanjur memakai narkoba atau biasa disebut Junkis. Program pengobatan ini bernama Detox Drugs.
(pernah dimuat di HARIAN TERBIT, 26 Agustus 2009)
Saat anak asuhannya ini duduk berderet dalam satu meja di depan sejumlah wartawan hiburan -- saya hitung2 ada tiga puluhan dari media elektronik plus kameramen -- Bunda Ifet terlihat hanya mengawasi dari kejauhan.
"Bunda Ifet,?" sapa saya sambil mengulurkan tangan bersalaman, saat peluncuran album baru Slank: "Anthem For The Broken Hearted" di stasiun TransTV, Mampang, Jakarta Selatan, pekan lalu. Sang Bunda hanya manggut-manggut, sambil memainkan jemarinya di atas keypad blackbery warna hijau.
Saat pertanyaan diajukan, bagaimana perasaan Bunda dengan suksesnya Slank menembus pasar rekaman di Amerika? Mulailah wanita yang pernah peraih penghargaan Perempuan PKS ini pun angkat bicara.
"Saya bangga, Slank akhirnya bisa go internasioanl," katanya. Kebetulan, Bunda mengaku ikut tour Slank di 15 kota di Amerika.
"Bunda melihat, penonton bule sangat antusias, mereka sangat respon. Yang lucu, kata Bunda, saat menjelang pentas Slank, Bunda termasuk yang sibuk mempromosikan "album rock" berupa CD/DVD Slank ke para bule di sana.
"Awalnya, mereka cuek, eh habis nonton konser Slank, rame-rame minta beli. Wah asyik juga nih musik rock anak muda Indonesia, kata Bulenya," cerita Bunda sambil tertawa.
Berkaitan bulan Ramadhan, Bunda Ifet juga punya kebiasaan menyiapkan makanan buka maupun sahur untuk Slank. Selebihnya, Slank setiap bulan puasa pasti sibuk mengurus dapur rekaman.
"Untuk makan sahur dan buka puasa, nggak semua personilnya Slank saya urusin. Cuma Bimbim saja karena memang saya serumah, yang lain seperti Kaka, Ivanka, Ridho dan Abdee, di rumah mereka masing-masing," katanya.
Masin adakah obsesi di benak Bunda Ifet yang belum terwujud hingga saat ini? "Hanya satu lagi yang belum terwujud, yakni saya ingin agar semua personil Slank naik haji. Ya, semua nanti harus haji," kata bunda.
Bunda Ifet, selama ini, memang berperan besar melambungkan nama grup rock dari Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, ini. Peran Bunda memang tak dapat dipungkiri. Dialah yang mengatur jadwal manggung hingga membantu sejumlah personel Slank dari ketergantungan obat-obatan berbahaya.
"Mungkin kalau nggak ada Bunda [Slank] mati atau masuk kantor polisi," ujar drummer Slank, Bimbim. Karena itu, sudah sewajarnya Slank berterima kasih atas jasa Bunda. Itu dibuktikan dengan diterbitkannya buku berjudul "Bunda Sayang" beberapa waktu lalu.
Buku itu berisi kisah pahit manis Bunda selama menemani anak-anak Slank. Kegigihan Bunda membimbing Slank diakui Bimbim. Apalagi, Bimbim lahir dari rahim Bunda.
Berawal dari permintaan Bimbim Slank, Bunda Ifet sampai sekarang bertekad ingin bisa mengobati anak-anak muda secara total yang terlanjur memakai narkoba atau biasa disebut Junkis. Program pengobatan ini bernama Detox Drugs.
(pernah dimuat di HARIAN TERBIT, 26 Agustus 2009)
SLANK........SLANK.....SLANK
SLANK, kelompok musik idola anak muda Indonesia, kini tampil beda. Dalam album barunya yang diluncurkan Senin (24/8) pagi, bertepatan puasa hari ketiga, di studio Trans TV, terkesan lebih religi meski ciri khas Slank yang "slengean" masih terasa kental.
Lebih religi sekarang? "Akh, nggak juga," sergah Bimbim, salah seorang personil Slank , saat ditemui usai promisi album barunya. "Tiap hari mestinya religi, tidak harus menunggu Ramadhan, bulan puasa," timpal Kaka, vokalis Slank didampingi personil lainnya, Ridho, Ivanka dan Abdee. Nampak juga Bunda Ifet, ibu sekaligus pengasuh Slank.
Sholat itu religi. Jadi, kata Kaka, kalau orang sholat dan mau dianggap religi, ya, tidak perlu harus pakai kopiah, jubah atau asesoris lainnya. "Tak perlu, sebab berhadapan dengan Tuhan, tidak perlu terikat model busana tertentu," kata Kaka.
Menurut Bimbim, yang bernama lengkap Bimo Setiawan Sidharta ini, sampul album Slank kali ini (kaset maupun CD), masih dominan biru sesuai warna khas kelompok band rock Indonesia ini. Soal warna, juga tidak ada tujuan khusus, tak ada kaitan dengan warna bendera parpol tersendiri.
"Biru, ya biru Slank, hanya untuk membedakan dimana dan kapan diluncurkan," kata Kaka. Warna biru dipilih karena diluncurkan di Indoneseia. Di Amerika warna merah, mungkin nanti di Malaysia pakai warna Hijau? Bisa saja.
Album AFTBH ini, dirilis dalam bahasa Inggris. Dibuat Juli-Agustus 2008, di Los Angeles, Amerika. "Tidak ada arti lain, hanya untuk membedakan saja. Nantinya di negara-negara lain kemungkinan juga akan memakai warna beda," terang Bimbim.
Latar belakang cover album bertajuk "Anthem For The Broken Hearted" (AFTBH) -- dirilis sejak tahun 2008 di Amerika -- memang terkesan lebih kental warna religinya. Coba saja, ada dua gambar kubah mesjid, sayap, dan aksara Jawa.
"Kubah masjid, yang disain Johar Prayudi, gambar sayap memberi kesan Slank terbang melintai benua, aksara Jawa karena berada di Pulau Jawa," kata Kaka.
(pernah dimuat di HARIAN TERBIT, 26 Agustus 2009)
Lebih religi sekarang? "Akh, nggak juga," sergah Bimbim, salah seorang personil Slank , saat ditemui usai promisi album barunya. "Tiap hari mestinya religi, tidak harus menunggu Ramadhan, bulan puasa," timpal Kaka, vokalis Slank didampingi personil lainnya, Ridho, Ivanka dan Abdee. Nampak juga Bunda Ifet, ibu sekaligus pengasuh Slank.
Sholat itu religi. Jadi, kata Kaka, kalau orang sholat dan mau dianggap religi, ya, tidak perlu harus pakai kopiah, jubah atau asesoris lainnya. "Tak perlu, sebab berhadapan dengan Tuhan, tidak perlu terikat model busana tertentu," kata Kaka.
Menurut Bimbim, yang bernama lengkap Bimo Setiawan Sidharta ini, sampul album Slank kali ini (kaset maupun CD), masih dominan biru sesuai warna khas kelompok band rock Indonesia ini. Soal warna, juga tidak ada tujuan khusus, tak ada kaitan dengan warna bendera parpol tersendiri.
"Biru, ya biru Slank, hanya untuk membedakan dimana dan kapan diluncurkan," kata Kaka. Warna biru dipilih karena diluncurkan di Indoneseia. Di Amerika warna merah, mungkin nanti di Malaysia pakai warna Hijau? Bisa saja.
Album AFTBH ini, dirilis dalam bahasa Inggris. Dibuat Juli-Agustus 2008, di Los Angeles, Amerika. "Tidak ada arti lain, hanya untuk membedakan saja. Nantinya di negara-negara lain kemungkinan juga akan memakai warna beda," terang Bimbim.
Latar belakang cover album bertajuk "Anthem For The Broken Hearted" (AFTBH) -- dirilis sejak tahun 2008 di Amerika -- memang terkesan lebih kental warna religinya. Coba saja, ada dua gambar kubah mesjid, sayap, dan aksara Jawa.
"Kubah masjid, yang disain Johar Prayudi, gambar sayap memberi kesan Slank terbang melintai benua, aksara Jawa karena berada di Pulau Jawa," kata Kaka.
(pernah dimuat di HARIAN TERBIT, 26 Agustus 2009)
0 komentar:
Posting Komentar