JAKARTA -- Kepala Sekolah SDN Pinang Ranti 06 Petang, Makasar, Jakarta Timur dituding oleh orang tua murid tidak transparan dalam pengelolaan dana Biaya Operasional Sekolah - Biaya Operasional Pendidikan (BOS/BOP) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Selain dana BOS, BOP dan BSM, para orang tua juga mengeluhkan adanya pemaksaan pembelian buku penghubung dan tematik kepada para murid.
Sayangnya, Kepala SDN Pinang Ranti 06 Petang, Hisjam Zaini hingga Kamis (4/10) petang, belum dapat dikonfirmasi. Beberapa kali dihubungi, ponselnya tidak pernah aktif.
Namun Kasie Pendidikan SD Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Timur, Mangatur Sinaga mengaku telah mengetahui kasus tersebut. Bahkan saat ini kasusnya tengah diselidiki oleh tim khusus yang dibentuk Sudin Dikdas setempat.
"Kita sudah menerima informasi tersebut dan saat ini sedang diselidiki. Berdasarkan peraturan, pemeriksaan kepala sekolah ini akan dilakukan oleh seksi Tendik (tenaga pendidik) Sudin Dikdas Jakarta Timur," ungkap Mangatur Sinaga.
Saat ini, kasus yang ditangani di SDN Pinang Ranti 06 Petang, baru masalah penjualan buku penghubung dan tematik kepada semua siswanya, serta kasus pungutan pembangunan mushola.
Sedangkan kasus dana BOS/BOP dan bantuan siswa miskin sejauh ini belum ditangani karena belum ada laporan yang masuk.
Menurut informasi yang dikumpulkan Harian Terbit di lapangan, saat ini SDN Pinang Ranti 06 Petang, sedikitnya terdapat 50 siswa yang berasal dari keluarga miskin (Gakin).
Setiap siswa sebenarnya mendapatkan dana bantuan siswa sebesar Rp 360 ribu per tahun namun sejauh ini tidak jelas. Mereka tidak pernah mendapatan dana bantuan tersebut.
Ironisnya, siswa juga dipaksa membeli buku penghubung Rp 10 ribu dan tematik Rp 104 ribu. Bahkan mereka juga dipaksa untuk iuran pembangunan mushola di sekolah tersebut. (aliem)
Selain dana BOS, BOP dan BSM, para orang tua juga mengeluhkan adanya pemaksaan pembelian buku penghubung dan tematik kepada para murid.
Sayangnya, Kepala SDN Pinang Ranti 06 Petang, Hisjam Zaini hingga Kamis (4/10) petang, belum dapat dikonfirmasi. Beberapa kali dihubungi, ponselnya tidak pernah aktif.
Namun Kasie Pendidikan SD Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Timur, Mangatur Sinaga mengaku telah mengetahui kasus tersebut. Bahkan saat ini kasusnya tengah diselidiki oleh tim khusus yang dibentuk Sudin Dikdas setempat.
"Kita sudah menerima informasi tersebut dan saat ini sedang diselidiki. Berdasarkan peraturan, pemeriksaan kepala sekolah ini akan dilakukan oleh seksi Tendik (tenaga pendidik) Sudin Dikdas Jakarta Timur," ungkap Mangatur Sinaga.
Saat ini, kasus yang ditangani di SDN Pinang Ranti 06 Petang, baru masalah penjualan buku penghubung dan tematik kepada semua siswanya, serta kasus pungutan pembangunan mushola.
Sedangkan kasus dana BOS/BOP dan bantuan siswa miskin sejauh ini belum ditangani karena belum ada laporan yang masuk.
Menurut informasi yang dikumpulkan Harian Terbit di lapangan, saat ini SDN Pinang Ranti 06 Petang, sedikitnya terdapat 50 siswa yang berasal dari keluarga miskin (Gakin).
Setiap siswa sebenarnya mendapatkan dana bantuan siswa sebesar Rp 360 ribu per tahun namun sejauh ini tidak jelas. Mereka tidak pernah mendapatan dana bantuan tersebut.
Ironisnya, siswa juga dipaksa membeli buku penghubung Rp 10 ribu dan tematik Rp 104 ribu. Bahkan mereka juga dipaksa untuk iuran pembangunan mushola di sekolah tersebut. (aliem)
0 komentar:
Posting Komentar