KOMENTAR DARI FACEBOOKER SETELAH BERITA INI JADI BAHAN DISKUSI DI CITIZEN JOURNALISM PWI JAYA
Arvin Hardian tulisan kompas sdh akurat....kalimat atau kata yg akan didiskusikan adlah "seolah~olah', Hal tersebt tidak perlu kita diskusikan, sebab kita akan terjebak dlm hal2 yg tdk produktif
Lukmanulhakim Gumay Pak Wali nggak perlu kebakaranjenggot, karena dalam berita jelas siapa pejabatnya. Pembaca tidak hanya membaca judul.
22 Oktober jam 11:18 ·
Edwin Tirani Pak Wali kok kurang pandai berbahasa Indonesia yaaak
22 Oktober jam 11:33 melalui seluler ·
Bambang PrakusoBsm Ya... sebaiknya wartawan menghindarkan istilah yang bersayap dan bisa menimbulkan penafsiran yang keliru. Waktu saya jadi wartawan saya tidak pernah perduli dengan kalimat seperti itu. Tapi ketika saya berada di pihak yang diberitakan kita baru melihat bahwa kata atau istilah yang bersayap dan bisa menimbulan intreprestasi lain itu bisa berakibat fatal bagi yang diberitakan. Seorang pejabat bisa ditegur atau dipindahkan gara-gara itu... Seorang yang tidak bersalah bisa mendapatkan nama buruk. Ketika mereka menderita akibat pemberitaan... pedulikah wartawan? Tidak. Sebuah pemberitaan yang salah interprestasi dari wartawan pernah menurunkan penjualan perusahaan sampai hampir 50%, banyak yang di PHK dan dirumahkan. Pedulikah wartawan? Tidak.
23 Oktober jam 12:42 · · 2 orang
Nur Aliem Halvaima Edwin Tirani : waktu pelajaran bhs indonesia, pak wali gak masuk he3x
25 Oktober jam 8:15 ·
Nur Aliem Halvaima Arvin Hardian : kalimat "seolah-olah" itu adalah pengantar dari saya, gak usah jadi beban utk didiskusikan. Itu sesuai pernyataan Sekertaris Kota Jakarta Timur, Husein Murad mengutip "kekesalan" pak wali akan judul berita tersebut...
25 Oktober jam 8:17 ·
Nur Aliem Halvaima D.A. Allison : isi berita memang sudah lurus, yg dipersoalkan pak wali, judulnya itu loh. Kenapa tidak lgs saja menyebut "Kasi Postel Jaktim Tampar Wanita CPNS" , knp mesti kalimat "Pejabat Kantor Wali Kota Jaktim"... itu saja koq yang dipersoalkan..
25 Oktober jam 8:21 · · 1 orang
Nur Aliem Halvaima Bambang PrakusoBsm : Setuju pak, saya juga wartawan dan masih aktif sampai sekarang. Sesuai pengalaman, yang berwenang memberi judul biasanya editor, redaktur, sedang dari reporter/wartawan di lapangan cukup nulis beritanya. Kalau hrs ikut beri judul, hanya utk memudahkan editor/redaktur memahami isi berita scr keseluruhan...
25 Oktober jam 8:25 ·
Raden Tubuy ”setuju buanget dgn pak Lukmanulhakim Gumay, pak Mur-gak perlu spt kebakaran jenggot lah... Yg benar pasti dlm lindunganNya. Dan yg salah, insyaAllah akan muncul kepermukaan.
Mamat Jagoan wartawannya nggak sekolah jurnalistik, jadi asal ngetik, beritanya cuman bahan menggelitik, karena kebanyakan titik-titik..... Koran kudu seleksi awaknya agar jangan jadi bahan tertawaan dan cercaan
25 Oktober jam 8:49 · · 1 orang
D.A. Allison Bang Nur Aliem Halvaima, jangan-jangan wartawannya sudah nulis judul seperti yang Bang Nur sarankan. Tapi, kan, ada semacam sindrom di kebanyakan redaktur, yaitu tidak sreg kalau tidak mengubah judul yang dituliskan reporternya... akhirnya berujung pada judul yang dilunakkan.
25 Oktober jam 9:18 ·
Muhamad Furkon Judul beritanya tidak tepat....Tp...klo ini bisa mengusik pimpinan walikota Jaktim atas tindakan kekerasan yg dialami Reiny (CPNS) yg dilakukan oleh Amir, Kasi Postel Jaktim....boleh juga tuh, biar yg namanya Amir tsb...kena sanksi
26 Oktober jam 10:47 melalui · · 1 orang
Terimaksih banyak informasinya
BalasHapusBermanfaat atas informaisi yagn telah disampaikannya
BalasHapus