“Passer Ikan Fair” Jakarta Digelar Dengan Nuansa Etnis Bugis-Makassar
REP | 13 December 2011 | 15:57 32 4 NihilKepala UPT Museum Bahari Dra Dwi Martati dan wanita panitia inti berbusana baju bodo, sedangkan para arkeolog Candrian Attahiyat, Marulak R Manik, dan Kepala UPT Kota Tua Gatut Dwi Hastoro memakai jas hitam berkain sarung hijau.
Kegiatan yang digelar UPT Museum Bahari ini, dibuka Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiono, berlangsung 3 hari (10-13 Desember) di museum yang berada di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa ini. Hadir pula Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta DR Arie Budhiman MSi dengan busana santai, sama dengan busana yang dikenakan walikota.
Kepala UPT Museum Bahari, Dwi Martati menjelaskan Passer Ikan Fair ini dimaksudkan untuk menggairahkan kembali kehidupan perekonomian di sekitar museum. Karena itu selama acara ini diselenggarakan juga digelar workshop industry souvenir, lomba dan pameran ikan hias, penghijauan taman, demo menenun sarung Bugis-Makassar, dan masak makanan laut oleh Chef Master Jo.
Dalam demo tersebut Arie Budhiman sempat mengingatkan chef yang tidak memakai penutup rambut. Kontan topi juru masak yang selama itu hanya ditaruh di meja kemudian langsung dipakainya. Hasil masakannya nasi goreng seafood segera dicicipi hadirin.
Yang unik, ketika para tamu keluar melewati Menara Syahbandar dan memasuki Museum Bahari, disambut dengan pedang pora oleh taruna Akademi Maritim Pembangunan Jakarta Timur. Hadir pula rombongan pramuka Saka Bahari, murid SD Penjaringan yang mengikuti berbagai lomba kerajinan tangan di bangunan bekas gudang VOC dari abad 17 dan 18 tersebut. Kata Dwi Martati, para peserta workshop pembuatan souvenir yang terbaik akan mendapat hadiah berwisata ke Yogyakarta dan Bali untuk belajar lebih lanjut.
Walikota Jakarta Utara, Bambang Sugiono menandaskan kepariwisataan dan industry kreatif mampu meningkat perekonomian rakyat. Namun diingatkan masyarakat daerah tujuan wisata harus juga mendukungnya dengan menjaga kebersihan lingkungan, keamanan dan ketertibannya. “Pariwisata yang kita kembangkan adalah pariwisata ramah lingkungan, green tourism” ujarnya.
Diingatkan walikota, sejak 3 tahun lalu kawasan Museum Bahari dan pelabuhan Sunda Kelapa ini telah ditetapkan gubernur DKI sebagai salah satu dari 12 jalur destinasi wisata pesisir. Sebab tempat ini cikal bakal kota Jakarta dan pelabuhan kerajaan Taruma Negara, kerajaan tertua di Pulau Jawa. Menara Syahbandar juga merupakan titik nol kilometer Batavia kini Jakarta. Di samping itu bangunan museum ini merupakan gudang VOC sejak awal abad 17 terbesar di dunia yang masih terpelihara hingga sekarang. (**)
0 komentar:
Posting Komentar