Arus air di Sungai Citatih, Sukabumi (Foto2: Nur Aliem Halvaima)
Pengalaman menegangkan ini, memang sungguh sulit untuk dilupakan: perahu
terbalik, penumpang panik. Ini kejadiannya — tulisan terkait UJI NYALI DI ARUNG JERAM SUNGAI CITATIH SUKABUMI, – ketika komunitas wartawan yang tergabung dalam kelompok FORWARA (Forum Wartawan Kesra) — sehari-hari meliput kegiatan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejateraan Rakyat, tempat Pak Menteri Agung Laksono berkantor — menggelar outbound dengan memilih kegiatan arung jeram di Sungai Citatih, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, akhir 2011 lalu.
Saya, Nur Aliem Halvaima (Harian Terbit) ketika itu, menggunakan satu perahu karet bersama Doly Ramadhan dari Seputar Indonesia (Sindo Radio), Syariful Alam (Radio Republik Indonesia ), satu orang pegawai Kemenko Kesra dan seorang pemandu.
Sementara perahu karet lainnya di depan kami, berpenumpang Syuri Hatiashari (Kemenko Kesra), Dina Manafe (Suara Pembaruan), Agus Ibnudin (Pikiran Rakyat), Prima Resti (Republika). Satu perahu di belakang kami, ada pak Tito Setiawan, Kepala Bagian Humas Kemenko Kesra.
Petualangan melalui arung jeram ini, ternyata tidak selamanya berjalan mulus. Terbukti ada perahu karet peserta yang terguling. Perahu ini memuat Eko (sopir bus yang mengangkut kami Jakarta-Sukabumi PP), Pak Broto (Kementerian Kesra), Singgih (Suara Karya), Kohar (Kementrian Kesra) dan pemandu. Posisi duduk mereka, dua di depan: Eko, Kohar. Dua tengah: Broto, Singgih dan pemandu.
Menurut cerita Pak Broto, insiden ini terjadi begitu cepat saat empat
perahu karet saling berkejaran. Perahu pertama melaju di antara bebatuan
dan kisaran arus air sungai. Tiba-tiba perahu kedua menabrak batu, lalu
dari arah belakang menyusul perahu ketiga menabrak perahu kedua disusul
perahu keempat muncul dari samping, dan tidak bisa terkendalikan hingga
terguling.
Semua penumpangnya tumpah ke sungai, lalu perahu menimpah mereka
sehingga terkurung di dalam rongga perahu yang sudah dalam posisi
terbalik.. “Mulanya saya mau nolongin Mas Singgih, tapi eh dia malah mau
mukul saya. Ya saya lepas akhirnya,” kata Pak Broto. Posisi duduk: dua
di depan, yakni Eko, Kohar. Dua di tengah adalah Broto, Singgih dan
pemandu.
Singgih sendiri menuturkan, tadinya ia mau mengikuti jalannya arus air
Sungai Citatih yang cukup deras dan penuh batu-batu itu, tapi dalam
perjalanan perahu karet yang ia tumpangi tergelincir dan terbalik.
“Saat kecelakaan tersebut itulah, ia ditolong oleh perahu karet dari rombongan sekuriti Wisma Nusantara.
Alhamdulillah berhasil membalikkan kembali perahu kami. Untungnya, saat Perahu terbalik, masih ada rongga untuk bernapas,” kata Singgih.
Alhamdulillah berhasil membalikkan kembali perahu kami. Untungnya, saat Perahu terbalik, masih ada rongga untuk bernapas,” kata Singgih.
Begitu berhasil keluar dari rongga perahu yang terbalik, keempat
penumpangnya berusaha “berenang” ke tepi dengan bantuan alat pelampung.
“Saya sendiri begitu keluar dari perahu dan dibantu sama Pakde Heru, eh
tapi malah badan saya ditekan jadi kelelap lagi, hehe..,” kata Singgih.
Kejadian ini sempat masuk jadi “berita terheboh” dan tersebar ke BBM
grup sesama wartawan bidang Kesra. Singgih akhirnya banyak ditelepon
teman-temannya menanyakan keadaan tersebut beberapa jam setelah
kejadian. Termasuk telepon dari orang asuransi segala.
Selesai mengikuti kegiatan arung jeram, masing-masing peserta menerima
sertifikat dari pengelola sebagai bukti bahwa pernah mengikuti kegiatan
arung jeram. Tentu saja, tidak disebutkan di dalam sertifikat kalau di
antara kami, ada yang perahunya terbalik dan penumpangnya tumpah ke
sungai hahaha….. (aliem)
tulisan lain bisa diklik di
http: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/01/22/perahu-terbalik-pengalaman-menegangkan-dan-tak-terlupakan/
http: //aliemhalvaima.blogspot.com
http://daengnur.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.