Komunitas wartawan yang tergabung dalam kelompok FORWARA (Forum Wartawan Kesra). Mereka sehari-hari meliput kegiatan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesra, Jakarta (Foto: dok Nur Aliem Halvaima)
MENDAPAT kesempatan uji nyali melalui kegiatan arung jeram -- gaya hidup masyarakat perkotaan melintasi sungai yang arus airnya sangat deras dan berbatu-batu -- sungguh merupakan sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Yang mula-mula terbayang dalam pikiran, adalah sebuah perahu karet. Dimana saat melaju, dipermainkan arus air yang deras, melintasi batu-batu besar, sementara penumpangnya histeris sambil memainkan dayungnya agar perahu bisa dikendalikan. Uuhh...sensasinya memang sungguh luar biasa.
Itu sebabnya ketika komunitas wartawan yang tergabung dalam kelompok FORWARA (Forum Wartawan Kesra) -- sehari-hari meliput kegiatan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejateraan Rakyat -- menggelar outbound dengan memilih kegiatgan arung jeram di Sungai Citatih, Kabupaten Sukabumi, peluang tersebut tak bisa disia-siakan.
Dari Jalan Medan Merdeka Barat tempat Menteri Agung Laksono berkantor, Jakarta pada sebuah petang di akhir Desember 2011 lalu tempat Kementerian Bidang Kesra berada, kemudian seluruh peserta diberangkatkan menuju Sukabumi menggunakan bus wisata. Rombongan tidak langsung ke lokasi tapi transit terlebih dahulu di Hotel Puri Iska, Jl. Siliwangi No.99 Cicurug, Sukabumi. Esok paginya sekitar jam 10.00 WIB, baru berangkat menuju lokasi rafting (arung jeram).
Adapun lokasi dipilih milik Cherokee Arung Jeram, nama pengelola kegiatan tersebut. Sebuah titik pertemuan (meeting point) yang jaraknya sekitar 9 kilometer setelah belok kanan Pasar Cibadak, Sukabumi. Letaknya persis di pinggir jalan.
"Jam 12.00 - 14.00 WIB acara rafting. Jam 14.00 - 15.00 bersih-bersih dan makan. Terus kembali ke Jakarta," begitu pesan tertulis di handpone saya, yang diteruskan Prima Resti, wartawati Harian Republika dari panitia Outbound Kesra.
Menurut pemandu kami, uji nyali dalam kegiatan arung jeram di aliran Sungai Citatih ini ditawarkan ada 2 paket. Paket pertama sejauh 13 km yang penuh penuh dengan rintangan, dan paket kedua sepanjang 9 km bagi kalangan pemula, karena kurang tantangannya. Kedalaman air sungai mencapai 8-10 meter. Setiap paket rata-rata memiliki 20 titik jeram.
Perahu karet melaju melintasi ombak dan batu-batu di tengah derasnya arus air Sungai Citatih, Sukabumi. Di perahu karet ini ada ibu Syuri Hatiashari (Kemenko Kesra), Prima Resti (Republika) dan pak Tito Setiawan, Kabag Humas Kemenko Kesra. (foto: dok Nur Aliem Halvaima)
Saling siram air sungai
Mempersiapkan segala sesuatu berkaitan arung jeram, ternyata melalui prosedur. Menurut petugas pemandu, acara sengaja dipilih siang hari hingga berakhir sore hari, tujuannya agar disesuaikan dengan kondisi alam dan cuaca di sungai Citatih kala itu.
Rombongan kelompok Forawara ini, menggunakan 5 perahu karet. Satu perahu berkasitas bisa memuat sampai 6 penumpang. Hari itu ada 15 perahu karet melintas di sungai Citatih, 10 perahu karet di antaranya adalah rombongan dari karyawan Hotel Nikko dan Wisma Nusantara Jakarta.
Satu unit perahu karet lainnya memuat 2 orang turis asal Jerman dan Austria. Kepada kami, kedua wisatawan mancanegara ini mengaku bertugas di Manado, Sulawesi Utara, dan sengaja rekreasi ke Sukabumi, Jawa Barat.
Sepanjang aliran sungai, perahu kami saling berkejar-kejaran. Teriakan keras dan tawa gembira, terdengar manakala satu perahu mendahului perahu lainnya. Perahu yang berhasil disusul oleh yang lain, tidak jarang mendapat serangan balik berupa percikan air sungai yang sengaja disemburkan dari dayung peserta saingannya. "Huuu...ketahuan ye. kalau tidak bahagia waktu kecilnya, hahaha..." goda yang lain.
Sepanjang sungai, banyak dijumpai orang yang memancing. Mereka menggunakan umpan laron, entah apa maksudnya. Kami juga menemukan sejumlah kerbau dimandikan di tepi sungai. Bahkan ada kerbau bule berenang, seolah ikut menemani keceriahan arung jeram ini. (**)
Lokasi tempat berkumpul para peserta sebelum berangkat menuju sungai Citatih, Sukabumi. Peralatan arung jeram mulai dipakai dari tempat ini seperti helm, baju pelampung dan dayung. (Foto: Nur Aliem Halvaima)
0 komentar:
Posting Komentar