SETIAP daerah memiliki keunikan dan
keanehan yang menjadi daya tarik wisata. Keajaiban itu menyebar dari
mulut ke mulut yang akhirnya melegenda dan mengundang banyak orang untuk
datang.
Begitu pula dengan Batusangkar. Selain
memiliki peninggalan sejarah Batu Basurek dari zaman raja Adityawarman
dan situs istana kerajaan Pagauyung, juga memiliki tempat
keramat yang menyimpan misteri. Salah satunya adalah Batu Angkek-angkek
yang terletak di Desa Balai Tabuh, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah
Datar, Provinsi Sumatera Barat. Letaknya hanya 9 km di sebelah utara
Batusangkar.
Dina Pertiwi , Ny Riri Mayasari, Veza Rachmat dan Andin dari Jakarta dan Bekasi diantar Nenek Rafiah (88) Ketua Pejuang Laskar Wanita Limakaum Batusangkar dan Ny Samtiar, menyempatkan
pergi ke sana. Menurut Dina, batunya berwarna hitam berbentuk mirip
kura-kura. Dilihat sepintas seperti mudah diangkat. Namun ada tata cara
mengangkat batu tersebut dengan didahului membaca kalimat syahadat dan
basmalah. Sambil menyatakan niat dan mengujinya apakah keinginannya itu
akan tercapai.
“Veza yang anak-anak kuat
mengangkatnya, tetapi saya heran, Uni Sari yang badannya besar gitu
nggak kuat,” ujar Dina mengenai Ny Mayasari yang gagal mengangkat batu
ajaib itu. Ia sendiri berhasil mengangkat Batu Angkat-angkat tersebut sampai ke dada karena keinginannya pun sederhana saja.
Pengalaman “uji mimpi” ini juga dialami
Ny.Trisnasari Ikhsan warga Jakarta. Pada tahun 2005 ia berlibur ke
Batusangkar dan menyempatkan menguji keinginannya dengan mengangkat Batu
Angkek-angkek. “Ternyata saya tak berhasil,” ujarnya. Kala itu ia
berniat ingin menikah tahun depannya yaitu tahun 2006. “Tapi baru
kesampaian tahun berikutnya, yaitu 2007,” tambahnya.
Pengunjung tempat wisata Batu Angkek-
angkek ini tidak banyak, tetapi tiap pekan selalu ada. Jumlahnya tidak
banyak antara 10 sampai 50 orang. Tentu saja bila liburan sekolah akan
lebih banyak lagi.
Suara aneh dari balik batu
SEJARAH Batu Angkek-angkek diawali mimpi dari Datuk Bandaro Kayo salah seorang kepala kaum dari suku Pilian. Ia didatangi oleh Syech Ahmad dan disuruh untuk mendirikan sebuah perkampungan yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Palangan.
PADA saat pemancangan tonggak pertama
terjadi suatu peristiwa aneh, yakni gempa lokal dan hujan panas selama
14 hari 14 malam. Akibatnya diadakanlah musyawarah warga.
Pada saat musyawarah berlangsung terdengarlah suara
gaib yang berasal dari lobang pemancangan tersebut. Suara itu
menyatakan bahwa di lokasi itu ada terdapat sebuah batu yang dikenal
dengan batu pandapatan, batu itu harus dirawat dengan baik.
Sekarang batu ini dikenal dengan Batu
Angkek-angkek, ramai dikunjungi wisatawan. Untuk mengetahui pertanda
niat seseorang tercapai atau tidaknya maka dapat dilihat terangkat atau
tidaknya batu tersebut.
Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar kemudian mengelolanya dengan menempatkan petugas di tempat tersebut. (aliem)*
Salam,
Nur Aliem Halvaima
tulisan ini pernah dimuat di HARIAN TERBIT di: http://harianterbit.com/artikel/rubrik/index.php?kat=98
dan di Kompasiana.com (Kompas.com) klik di:
0 komentar:
Posting Komentar