BERKUNJUNG ke tempat rekreasi, tidak hanya terbatas berekreasi keluarga. Tapi bisa juga sekaligus jadi ajang edukasi melalui kompetisi blog. Yakni menulis reportase melalui blog dengan latar belakang situasi anjungan daerah, kemudian diperlombakan. Tiga tulisan terbaik menurut dewan yuri, dinyatakan sebagai pemenang.
Itulah yang terjadi saat berlangsung acara “HARMONI INDONESIAKU - TOKOON.COM” — sebuah hajatan kopi darat para penulis blog (blogger) yang dikemas dalam bentuk “Blogger Gathering” yang digelar IM2, kerja sama komunitas Blogger Reporter Indonesia (BR_iD), Tokoon.com, dalam memeriahkan HUT ke-38 Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Minggu 21 April 2013.
Sebelum memulai melakukan reportase (peliputan), sekitar 40-an peserta diberikan tema tulisan tentang “Harmoni - Tokoon.com”. Dilanjutkan pengenalan tetang bisnis online melalui www.tokoon.com. Situs internet ini lebih difokuskan untuk tujuan memperkenalkan kepada pihak luar mengenai produk dalam negeri melalui media online di dunia maya.
“Kita tidak ingin ke depan ada kejadian kasus dimana produk khas Indonesia diklaim oleh pihak luar, atau negara lain, sebagai milik mereka,” kata Thalkah Fahrizal, petinggi Indosat IM2, saat mendampingi komunitas blogger bersama timnya berkeliling melakukan reportase di Taman Mini Indonesia Indah (TMIII) terutama di anjungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Seperti yang sudah menjadi konsumsi publik, bahwa sudah pernah terjadi, berbagai jenis kuliner dan produk batik hasil bikinan asli warga Indonesia, diakui sebagai milik negara lain. Menyedihkan, sekaligus mengenaskan dan menggemaskan.
Bisnis online dengan memperkenalkan produk dalam negeri sebagai potensi ekonomi dunia, kata Thalha, sebenarnya negara Indonesia tidak sampai “ketinggalan-ketinggalan” amat dari negara lain. Saat ini untuk menyebut nama-nama negara, maka ada 3 negara yang saat ini “merajai” ekonomi dunia. Yakni Rusia, India, dan Cina.
“Di mana posisi Indonesia? Ternyata Indonesia berada di urutan ke-7 sebagai negara yang dianggap memiliki potensi ekonomi di dunia,” kata Thalkah Fahrizal, saat memberi sambutan pada acara yang digelar IM2, kerja sama komunitas Blogger Reporter Indonesia (BR_iD) ini.
Untuk terlibat ke dalam bisnis ini, kata Thalha, perlu memanfaatkan sarana media online. Ya, semacam tindakan by pass melalui fasilitas yang bisa menghubungkan dunia maya. Dengan demikian kita tidak perlu lagi repot-repot menggunakan media konvensional seperti selama ini.
“Cukup buka internet, klik, tulis dan upload gambar, maka tersaji deh ruang media yang bisa kita gunakan untuk memperkenalkan produk kita. Oleh karena itu, kita butuh semacam wadah untuk menulis dan memperkenalkan produk dalam negeri di Indonesia. Dan itu bisa dilakukan dengan mudah dan gampang melalui media online,” kata Thalkah.
********************
PRODUK BUDAYA LOKAL
Thalkah mencontohkan, betapa banyak produk budaya dari masing-masing daerah bertebaran di Nusantara yang kaya raya ini. Seperti kain tenun, corak batik dan beberapa produk budaya lainnya. Hampir semuanya ada di setiap daerah. Sayangnya potensi ini sering terabaikan oleh kita, bahkan cenderung luput dari perhatian dan pengawasan kita.
“Contoh kecil, kalau suatu hari kita sharing produk budaya dalam negeri di internet, orang luar di belahan bumi yang jauh dari Indonesia akan dengan mudah meng-uploadnya. Satu sisi produk dalam negeri kita tersebar luas dan dikenal, tapi celakanya kalau kita tidak menjaganya maka orang luar dengan mudah pula mengklaim produk itu sebagai miliknya,” kata Thalkah.
Itu sebabnya, banyak manfaatnya “berkolaborasi-bisnis” dengan Taman Mini Indoensia Indah (TMII) ini dalam mengembangkan dan memperkenalkan — secara lebih luas dan menyebar sampai ke belahan bumi nan jauh — produk hasil budaya Nusantara tercinta ini.
“TMII diharapkan bisa ikut membantu. Saat ini usaha kecil menengah (U’KM) cukup banyak, lebih dari 1000 cuma ada sekitar 300-an yang aktif. Kita bisa tunjukkan ke dunia kalau ada b dariegitu banyak produk hasil budaya kita,” kata Thalkah yang hari itu datang didampingi Bambang Narayana dan Erna Kurniawati yang akrab dianggil Mbak Ina.
Begitu juga soal daerah tujuan wisata (DTW) kita juga banyak. Di areal lahan TMII yang luas itu, puluhan anjungan dari berbagai derah du Indonesia yang bisa kita gali informasi dan produk budayanya. Apa kelebihan satu daerah dengan yang lain, kemudian dihubungkan dengan potensi para pengrajin di daerah. Sudah saatnya kita membangun kesadaran baru bagi pengrajin kita di daerah.
“Banyak lokal wisdom yang kita lupakan. Seperti Gunung Padang, potensi ekonomi pada tembakau. Kita jangan sampai menyepelekan warisan budaya nenek moyang, mau menghapusnya. Misalnya, jangan karena kita mendukung program anti rokok, lalu membiarkan tembakau hilang dari muka bumi Pertiwi ini. Tembakau mau kita ganti dengan rokok putih? Itukan produk budaya luar? Kalau tembakau sih memang asli produk lokal negeri ini, dan itu kita sudah lama memiliknya,” kata Thalkah lagi.
*************
SEPUTAR BISNIS ONLINE
Soal bisnis online, mbak Warih Setyarini dari Indosat IM2, punya pengalaman sendiri. Pengalamannya itu kemudian dibagikan kepada peserta “Blogger Gathering TMII - Indosat IM2 - Toko On” saat dikumpulkan di Teater Tanah Airku. Mbak Warih kebetulan memang salah satu admin di website bisnis online www.tokoon.com tersebut. Ya, cocoklah.
Kata Mbak Warih, Tokoon.com yang dikelolanya ini dapat diibaratkan sebagai mall online atau semacam cara berbelanja di online, selain tentu tidak mengabaikan sisi edukasi dan wisatanya. Situs belanja online ini diluncurkan bulan Juni 2012 di Jakarta. Situs ini, kata Mbak Warih, hadir antara lain untuk ikut membantu memberikan edukasi kepada para komunitas UKM di berbagai kota.
“Situs ini dilengkapi dengan securiti yang handal, baik teknis maupun konsep partnership,” kata mbak Warih. Lalu Mbak Warih memberi trik-trik bagaimana agar para blogger menulis artikel untuk bisa diikutkan dalam kompetisi blog ini.
“Pengalaman di anjungan, reportase soal keberagaman budaya, kue, batik, harmonisasi produk tokoon.com dan lain-lain, bagaimana menulisnya tentu teman-teman sudah lebih berpengalaman sebagai blogger,” kata Mbak Warih.
Sebelum menyebar ke beberapa anjungan daerah yang ditunjuk panitia sebagai obyek penulisan reportase, peserta sebelumnya berkumpul di Teater Tanah Airku. Selanjutnya diangkut ke anjungan Jawa Tengah.
***********
MAU NUMPANG JOGET
Di Anjungan Jawa Tengah, kami melihat antara lain ada kendaraan tradisional berupa Dokar Kerangkeng dari Kudus, Andong dari Surakarta. Di tempat ini juga terdapat berbagai jenis batik seperti batik Nyungging, Njaplak, Nglowong, Ngiseni, Nyolet dan Mopok, Ngelir dan Nglorod.
Demikian pula ditampilkan pesona wisata sejumlah obyek wisata di Kabupten Semarang, seperti Umbul Songo, Langen Tirta Muncul, Rawa Pening, Rawa Permai, Hils Joglo Villa, Senjoyo, Siwarak, Pemandian Muncul, Bukit Cinta, termasuk museum kereta api Ambarawa.
Ketika jarum jam menunjukkan angka 12.20 WIB, kami bergabung dengan peserta lain yang lebih dahulu berada di anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Panitia terlihat dengan sigap membagikan makan siang berupa nasi kotak. Takut ada peserta yang keburu pingsan, atau penyakit maag-nya kambuh kali ya?
Sambil menyantap jatah makan siang, kami dihibur alunan musik dangdut dengan penyanyi cantik nan bohay. Suara khasnya, sampai menerobos ke anjungan tempat kami beristirahat. Tidak sedikit peserta yang mengetik hasil reportase di laptop mereka, sambil menggoyangkan kepala mengikuti irama gendang dari pengiring mus:oik dangdut. Kalau bisa numpang joget, asyik juga kali ya? Tariiiiik…Mang……Hehe..
************
BEDA DENGAN BULE
Mas Hazmi Srondol, juga ikut memberi warna di acara “kopi darat” antarblogger ini. Dengan gayanya yang kocak, super admin dari komunitas Blogger Reporter Indonesia (BRID) ini, mampu mencairkan suasana kopdaran yang semula kaku dan sedikit tegang dan serius ini dengan humor-humornya yang segar.
Usai memperkenalkan satu demi satu anggota BRID, pria bernama asli Hazmi Fitriyasa ini, mengungkapkan kalau saat ini di Indonesia sudah ada sekitar 4 juta akun blog, dimana dari jumlah tersebut Indonesia kemudian berada di posisi terbesar jumlah akun bloggernya di dunia.
Makanya, ayah dari Pandu dan Bhima ini sewot ketika ada blogger asing menuding itu banyaknya akun blog di Indonesia itu gara-gara dipengaruhi oleh seringnya arus lalulintas yang macet di Jakarta. “Bule itu bilang, orang Indonesia menggunakan social media karena tidak ada kerja lain disaat terjebak macet, wah….itu gak benar. Emangnya orang asing?”
Budaya orang kita di Indonesia, kata Srondol, memang dikenal karena keramahtamahannya. Suka menyapa, suka bertegur sapa di darat maupun di dunia maya melalui sosial media mereka, seperti akun facebook, blog dan twitter.
“Dunia bloging dipakai orang Indonesia sebagai wadah untuk saling menyapa. Nah, mana ada orang asing begitu? Mereka cuek-cuek saja, gak ada tuh ’say hello’ di akun facebook atau twitter mereka, hehe…” kata penulis buku “Srondol Gayus ke Itali” — novel bergenre humor ini.
Peserta kompetisi blog di TMII (foto dok: BR_iD)
Memasuki TMII, sama dengan
mengulang kenangan dan peristiwa 34 tahun lalu, atau 4 tahun setelah
dibangunnya TMII. Betapa tidak, saya dan teman-teman remaja ketika itu,
pernah ikut mengisi hiburan yang tampil sebagai anggota vocal group di
Anjungan Provinsi Sulawesi Selatan, era 1980-an.
Entah bagaimana awalnya, teman-teman yang biasa kongkow-kongkow bermain gitar malam-malam di asrama Ikatan Pemuda Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL), Jalan Bugis, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara itu, dapat tawaran mengisi hiburan di Anjungan Sulawesi Selatan TMII.
“Seingat saya koordinator anjungan Sulsel ketika itu, namanya sudah lupa, tapi kalau tidak salah beliau adalah orang Toraja, nawarin kita main di sana. Mungkin karena melihat kita sering nyanyi-nyanyi pakai gitar dan membawakan lagu-lagu Makassar, Bugis, Toraja, lalu tertarik,” kata Iriani Robert Mone, menceritakan pengalaman 34 tahun lalu itu.
Nio, panggilan akrab Iriani Robert Mone ini, lalu berinisiatif mengumpulkan teman-teman pemuda, pelajar, mahasiswa yang ada di asrama Kabupaten Luwu, Sulsel itu dalam sebuah kelompok musik vocal grup. Tak perlu latihan, karena hampir sudah setiap malam mereka “konser” untuk kalangan sendiri. Nio lalu tampil sebagai vocalis dari vocal grup yang kemudian terbentuk secara dadakan ketika itu.
Dengan honor yang lumayan untuk 5 anggota vocal grup ini dari ukuran tahun 1980-an ketika itu, tampillah kami mengisi hiburan bagi pengunjung yang kebetulan mampir di Anjungan Sulawesi Selatan ini. Tampil setiap hari Minggu dari pagi hingga sore hari.
*****
Selebihnya, tentu setelah sekian tahun berselang, datang lagi tapi sudah selaku jurnalis yang melakukan peliputan berita. Banyak kenangan saat liputan. Pernah sekali waktu, ada teman wartawan media harian BB yang sekarang sudah tidak beredar lagi. Si CH nama inisial wartawan tersebut, membuat berita yang menghebohkan se antero TMII.
Berita yang ditulisnya sebenarnya biasa saja. Soal malam pagelaran wayang kulit dengan lakon “Si Anu Dadi Raja” dengan nama dalang yang belum punya nama. Berita tersebut kemudian jadi heboh karena acara pagelarannya sendiri tidak pernah ada, melainkan hanya karangan wartawannya saja.
Bahkan nama-nama pemain dalam cerita pagelaran tersebut, bukan siapa-siapa, misalnya si Gareng, Petruk, Bagong, melainkan nama-nama orang Humas TMII. Dari mulai boss hingga office boy, tercantum sebagai tokoh-tokoh dalam cerita wayang kulit tersebut. Usut punya usut, diduga si wartawan tadi nekat menulis berita fiktif karena kecewa dengan pelayanan yang diberikan orang Humas.
Medio Maret 2013 lalu, saya kembali mengunjungi TMII menghadiri acara yang digelar IM2, kerja sama komunitas Blogger Reporter Indonesia (BR_iD) memeriahkan HUT ke-38 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai tempat wisata dan pusat informasi budaya.
Panitia IM2 dan BRID memilih lokasi Museum Asmat sebagai lokasi acara yang cukup strategis. Yaitu di dalam areal Taman Bunga Keong Emas berbatasan dengan Dunia Air Tawar. Sehingga untuk mencapai lokasi tersebut kita melewati hamparan rumput hijau dan taman bunga beraneka warna.
Juga dekat kolam dengan pemandangan dan suara gemericik air mengalir serta kecipak ikan sedang berebut makanan. Mirip lokasi permukiman Suku Asmat di alam sesunggmuhnya yang selalu berada di tepi pantai atau tepi sungai di pedalaman Papua selatan.
Dari pintu II TMII tinggal belok kanan setelah melewati tempat parkir Keong Emas. Setelah sampai Taman Bunga tinggal masuk dengan tiket Rp5.000 per orang sudah termasuk menikmati keindahan taman seluas sekitar 6 ha dengan bunga berbagai rupa dan warna .
“Taman ini sangat digemari Almarhumah Ibu Tien Soeharto, penggagas TMII ini,” ujar Nunu Suyono, karyawan TMII.
Dari jauh tampak tiga bangunan besar setinggi 25 meter berujud rumah budaya Papua kari wari dengan atap kerucut melebar susun tiga. Itulah Museum Asmat. Walaupun bukan rumah budaya Asmat, namun ornament ragam hiasnya seluruhnya khas asli Asmat.
Menurut Koordinator Museum-Museum BPP TMII Arief Djoko Budiono , bangunan museum yang sudah berumur 26 tahun itu baru saja selesai direvitalisasi sejak tahun lalu. Museum inilah kemudian menjadi tempat upacara pembukaan Bulan Peringatan HUT ke 38 TMII awal April 2013 lalu.
Salam:
Nur Terbit (Nur Aliem Halvaima)
email: nurdaeng@gmail.com
blog: aliemhalvaima.blogspot.com
twitter: @Nur_TERBIT
Entah bagaimana awalnya, teman-teman yang biasa kongkow-kongkow bermain gitar malam-malam di asrama Ikatan Pemuda Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL), Jalan Bugis, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara itu, dapat tawaran mengisi hiburan di Anjungan Sulawesi Selatan TMII.
“Seingat saya koordinator anjungan Sulsel ketika itu, namanya sudah lupa, tapi kalau tidak salah beliau adalah orang Toraja, nawarin kita main di sana. Mungkin karena melihat kita sering nyanyi-nyanyi pakai gitar dan membawakan lagu-lagu Makassar, Bugis, Toraja, lalu tertarik,” kata Iriani Robert Mone, menceritakan pengalaman 34 tahun lalu itu.
Nio, panggilan akrab Iriani Robert Mone ini, lalu berinisiatif mengumpulkan teman-teman pemuda, pelajar, mahasiswa yang ada di asrama Kabupaten Luwu, Sulsel itu dalam sebuah kelompok musik vocal grup. Tak perlu latihan, karena hampir sudah setiap malam mereka “konser” untuk kalangan sendiri. Nio lalu tampil sebagai vocalis dari vocal grup yang kemudian terbentuk secara dadakan ketika itu.
Dengan honor yang lumayan untuk 5 anggota vocal grup ini dari ukuran tahun 1980-an ketika itu, tampillah kami mengisi hiburan bagi pengunjung yang kebetulan mampir di Anjungan Sulawesi Selatan ini. Tampil setiap hari Minggu dari pagi hingga sore hari.
*****
Selebihnya, tentu setelah sekian tahun berselang, datang lagi tapi sudah selaku jurnalis yang melakukan peliputan berita. Banyak kenangan saat liputan. Pernah sekali waktu, ada teman wartawan media harian BB yang sekarang sudah tidak beredar lagi. Si CH nama inisial wartawan tersebut, membuat berita yang menghebohkan se antero TMII.
Berita yang ditulisnya sebenarnya biasa saja. Soal malam pagelaran wayang kulit dengan lakon “Si Anu Dadi Raja” dengan nama dalang yang belum punya nama. Berita tersebut kemudian jadi heboh karena acara pagelarannya sendiri tidak pernah ada, melainkan hanya karangan wartawannya saja.
Bahkan nama-nama pemain dalam cerita pagelaran tersebut, bukan siapa-siapa, misalnya si Gareng, Petruk, Bagong, melainkan nama-nama orang Humas TMII. Dari mulai boss hingga office boy, tercantum sebagai tokoh-tokoh dalam cerita wayang kulit tersebut. Usut punya usut, diduga si wartawan tadi nekat menulis berita fiktif karena kecewa dengan pelayanan yang diberikan orang Humas.
Medio Maret 2013 lalu, saya kembali mengunjungi TMII menghadiri acara yang digelar IM2, kerja sama komunitas Blogger Reporter Indonesia (BR_iD) memeriahkan HUT ke-38 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai tempat wisata dan pusat informasi budaya.
Panitia IM2 dan BRID memilih lokasi Museum Asmat sebagai lokasi acara yang cukup strategis. Yaitu di dalam areal Taman Bunga Keong Emas berbatasan dengan Dunia Air Tawar. Sehingga untuk mencapai lokasi tersebut kita melewati hamparan rumput hijau dan taman bunga beraneka warna.
Juga dekat kolam dengan pemandangan dan suara gemericik air mengalir serta kecipak ikan sedang berebut makanan. Mirip lokasi permukiman Suku Asmat di alam sesunggmuhnya yang selalu berada di tepi pantai atau tepi sungai di pedalaman Papua selatan.
Dari pintu II TMII tinggal belok kanan setelah melewati tempat parkir Keong Emas. Setelah sampai Taman Bunga tinggal masuk dengan tiket Rp5.000 per orang sudah termasuk menikmati keindahan taman seluas sekitar 6 ha dengan bunga berbagai rupa dan warna .
“Taman ini sangat digemari Almarhumah Ibu Tien Soeharto, penggagas TMII ini,” ujar Nunu Suyono, karyawan TMII.
Dari jauh tampak tiga bangunan besar setinggi 25 meter berujud rumah budaya Papua kari wari dengan atap kerucut melebar susun tiga. Itulah Museum Asmat. Walaupun bukan rumah budaya Asmat, namun ornament ragam hiasnya seluruhnya khas asli Asmat.
Menurut Koordinator Museum-Museum BPP TMII Arief Djoko Budiono , bangunan museum yang sudah berumur 26 tahun itu baru saja selesai direvitalisasi sejak tahun lalu. Museum inilah kemudian menjadi tempat upacara pembukaan Bulan Peringatan HUT ke 38 TMII awal April 2013 lalu.
Salam:
Nur Terbit (Nur Aliem Halvaima)
email: nurdaeng@gmail.com
blog: aliemhalvaima.blogspot.com
twitter: @Nur_TERBIT
0 komentar:
Posting Komentar