Kamis, 29 April 2010

Jakarta , 20 Oktober 2009

Nomor : Istimewa
Lampiran : Kronologis, foto pelaku & lokasi kejadian
Hal : Laporan sikap arogansi petugas Pamdal Jaktim


Kepada yth,
Bpk Ketua Persatuan Wartawan Indonesia
Cabang DKI Jakarta (PWI Jaya)
Di T e m p a t .

Dengan hormat,

Pertama-tama saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Bathin, Minal Aidin Wal Faidzin sekalipun agak terlambat. Meski demikian, saya berharap kehadiran surat laporan pengaduan ini tidak mengganggu aktivitas dan kesibukan Bapak. Sehubungan dengan maksud dari surat ini, bersama ini saya :

Nama : NUR ALIEM HALVAIMA, SH
Pekerjaan : Wartawan HARIAN TERBIT, Jakarta
Jabatan organisasi : Ketua PWI Jaya Koordinatoriat Walikota Jakarta Timur
Kartu anggota : PWI Jaya No. 09.00.3194.90

Menyampaikan laporan kepada Bapak, berkaitan dengan insiden yang dilakukan sejumlah oknum petugas Pamdal (Pengamanan Dalam) terhadap saya. Peristiwa tersebut terjadi pada saat saya meliput aksi demo memprotes lelang Sudin Dikdas (Suku Dinas Pendidikan Dasar) yang dianggap curang, yang digelar para pemborong dan LSM di halaman Kantor Walikota, Kamis 15 Oktober 2009 sekitar pukul 11.00 WIB. (Terlampir: kronologis kejadian, foto lokasi kejadian dan oknum petugas Pamdal).

Perlu saya tambahkan, sejak kejadian tersebut keselamatan jiwa saya terancam karena adanya ancaman PEMBUNUHAN SAMPAI MATI dari pelaku. Saya khawatir jika masalah ini tidak segera diambil tindakan, akan mengganggu profesi jurnalistik saya dalam mencari, mengumpulkan data, informasi, terutama di lingkungan Kantor Walikota Jakarta Timur.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya sudah melaporkan kasus ini ke Polres Metropolitan Jakarta Timur, Rabu (21/10), dengan Surat Tanda Penerimaan Laporan Pengaduan No. Pol: 1636 / K / X / 2009 / Restro Jaktim yang diterima Kepala Sentra Pengaduan Kemasyarakatan (SPK “C”) Polres Metropolitan Jakarta Timur, AKP Suwond. Oleh penyidik, kasus ini dikategorikan sebagai PENGANCAMAN sesuai pasal 336 KUHP dengan pelaku NURDIN, kerugian PELAPOR MAU DIBUNUH SAMPAI MATI OLEH PELAKU DAN KAWAN-KAWANNYA.

Semoga mendapat perhatian dari Bapak. Terima kasih.

Hormat saya,

Nur Nur Aliem Halvaima, SH
Hp: 0816 136 9192

Tembusan kepada yth:
1. Bpk Pemimpin Redaksi “Harian Terbit” sebagai laporan
2. Bpk Walikota Administrasi Jakarta Timur
3. Pengurus PWI Jaya Koordinatoriat Kota Administrasi Jakarta Timur
4. Pengurus PWI Jaya Koordinatoriat Pengadilan/Kejaksaan Negeri Jaktim
5. Pengurus Pokja Wartawan Pengadilan/Kejaksaan Negeri Jaktim
6. Pengurus Forum Wartawan “Pena Timur” Jaktim
7. Bpk Asisten Pemerintahan Walikota Administrasi Jaktim
8. Bpk Kabag Umum Walikota Administrasi Jaktim
9. Bpk Kasudin Kominfomas Walikota Administrasi Jaktim.
10. Mass media cetak & elektronik
11. Arsip



AROGANSI YANG BERLEBIHAN DARI PETUGAS
PAMDAL KANTOR WALIKOTA JAKARTA TIMUR

Kamis, 15 Oktober 2009 pagi saat bersama-sama wartawan lain meliput Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) yang dibuka Walikota Jakarta Timur, H Murdhani SH, MH di Panti Asuhan Depsos di Kelurahan Duren Sawit, tiba-tiba saya menerima telepon dan SMS bahwa telah berlangsung aksi demo dari pemborong dan LSM memprotes lelang Sudin Dikdas di kantor Walikota Jakarta Timur.

Sekitar pukul 10.00 WIB, dengan mengendarai sepeda motor, saya meluncur ke kantor Walikota Jaktim. Di lokasi ini, tampak 3 Metro Mini parkir tepi jalan. Orang-orang bergerombol dan tertahan di pintu pagar besi, gerbang masuk, karena ditutup dan dijaga petugas kepolisian dan anggota Pamdal. Motor saya lalu diarahkan dan memutar melewati gedung PTUN, BPN dan masuk dari arah belakang ke halaman kantor walikota. Gambar No.1)

Mendengar suara ribut2 dari para demonstran dengan petugas Pamdal, saya menghentikan motor di deretan mobil yang parkir tak jauh dari Pos Pamdal, bermaksud mengambil gambar melalui handycam. Lapangan ini memang khusus parkir mobil, sedang motor di depan gedung Bank DKI. Namun karena di tempat ini sudah ada 3-4 motor milik anggota Pamdal yang sudah lebih duluan parkir, saya akhirnya ikut parkir dengan pertimbangan biar lebih dekat dan lebih strategis untuk mengambil gambar. (Gambar No.2)

Sekitar pukul 11.00 WIB Saat parkir itulah, tiba-tiba didatangi seorang petugas Pamdal (Pengamanan Dalam) bernama NURDIN. Dengan sikap arogan yang berlebihan, ia mengusir saya dan menghalau dengan kasar agar parkir di tempat jauh. Saya sudah memperkenalkan diri sebagai wartawan HARIAN TERBIT yang setiap hari bertugas di kantor Walikota Jakarta Timur, tetapi tetap saja saya diusir. “Kenapa saya dilarang parkir motor di sini, padahal sudah ada 4 motor yang parkir lebih dahulu”. Tapi kata NURDIN, “He, ini khusus Pamdal, kalau motor Pamdal boleh parkir di sini”. Rupanya, saya dianggap tidak menggubris perintahnya, hingga NURDIN merasa perlu mendorong-dorong saya, menarik-narik lengan saya, tas ransel saya yang masih bergantung di punggung hingga talinya nyaris putus. “Saya bunuh kau,” kata Nurdin. Kejadian ini disaksikan sejumlah wartawan yang sedang meliput, antara lain ARIE “GATOT” PRATIKA (SCTV), SONI SIMANJUNTAK (PATROLI BANGSA), DARWIN SITUMORANG (CAKRAWALA), DAULAT GONDRONG (SINAR PAGI BARU) dan FAZRI dari METRO TV.

Mendengar kami ribut-ribut, entah dari mana, tiba-tiba saya sudah dikepung sejumlah anggota Pamdal lain Leher saya dipiting (dirangkul dengan kasar), sementara yang lain menarik-narik ransel saya yang berisi kamera. Motor saya dijorokin. “Saya tahu, dia ini wartawan, hajar aja Bang…” teriak yang lain. Seorang di antaranya malah mengancam, “Hei, mau saya matikan kau, ya?” sambil menunjuk-nunjuk ke arah mata saya. Di antara petugas Pamdal, ada HAMBALI, JECKY dan banyak lagi. Jumlahnya sekitar 8-10 orang. Mereka dengan muka beringas, seolah mau “menelan” saya. (Gambar No.3)

Dalam kondisi terdesak di antara celah mobil yang diparkir, tak ada petugas. Baik kepolisian maupun SATPOL PP yang datang menolong, kecuali dari teman-teman wartawan sendiri di antaranya: DARWIN SITUMORANG, SONI SIMANJUNTAK, ARIE “GATOT” PRATIKA berusaha mengamankan saya ke tempat yang agak luas. Setelah cukup aman, SONI SIMANJUNTAK pergi mengambil motor saya yang masih di parkir bersama beberapa motor milik Pamdal. Sementara anggota Pamdal yang tadi mengepung saya, kembali berkumpul di Posko bergabung dengan petugas SATPOL PP dan aparat kepolisian.
AROGANSI BERLEBIHAN.

Bukan sekali ini saja, Pamdal bersikap arogan terhadap wartawan. Beberapa bulan sebelumnya (masih tahun 2009), Anggota Pamdal bernama WISMAYA juga sudah pernah nyaris “menyeroyok” saya karena dianggap melanggar jalur motor di halaman gedung kantor Walikota. Padahal, saya memotong jalur karena sudah sore dan sudah di luar jam kerja karyawan Pemkot. Selain anggota Pamdal, tiba-tiba dari luar Kantor Walikota, berdatangan 3 pengendara motor berjaket hitam mengepung saya. Mereka menyebut diri teman-teman anggota Pamdal.

Di bawah patung ELANG BONDOL, ketika itu, saya “dieksekusi” oleh anggota Pamdal bernama WISMAYA Dkk. Mereka malah menyebut-nyebut dirinya anggota FORUM BETAWI REMPUG (FBR) yang direkrut jadi anggota Pamdal. “Ente kalau cuman wartawan, jangan belagu deh, kite-kite ini orang FBR,” kata WISMAYA. Seorang teman WISMAYA (dia kini bertugas di gedung unit teknis Kampung Melayu), malah melecehkan profesi wartawan dengan mengatakan, “Alaaaaah, wartawan ini bang, permak aja bang, kalau perlu mampusin ajalah, belum tauh dia kalo kite ini..FBR apa?” Celakanya, kasus ini sudah pernah saya laporkan dan sempat ditangani oleh HAJI MUHAMMAD, Komandan/Penaggung Jawab Pamdal di kantor Walikota. Saya hanya disuruh berdamai, bersalaman, lalu bubar begitu saja. Tanpa teguran kepada anggota Pamdal yang arogan tadi, malah terkesan cenderung menyalahkan saya.

Pada tahun yang sama, saya juga sempat “dikejar-kejar” karena menulis berita HONOR PAMDAL SUDAH MANDEG, DISUNAT PULA. Padahal berita tersebut sebenarnya menolong anggota Pamdal, karena mempercepat turunnya honor dari Pemda DKI dan tidak dipotong-potong (disunat). Entah kebetulan atau tidak, beberapa anggota Pamdal yang waktu itu menjadi sumber berita saya, tidak aktif lagi sekarang. Saya kurang tahu, apakah karena pengurangan tenaga, peremajaan atau DIPECAT gara-gara “buka mulut” dan mengeluh ke saya hingga jadi berita di koran?

Bukan hanya itu saja. Tidak sedikit dari anggota Pamdal yang bertindak sebagai AJUDAN PRIBADI seorang pejabat. Merekalah menyeleksi siapa saja tamu yang boleh menghadap ke pejabat yang menjadi “majikan”-nya, termasuk para wartawan. Banyak saksi dari kalangan wartawan yang sehari-hari bertugas di kantor walikota, yang bisa di-cros-cek soal perbuatan memalukan ini. Soal ribut-ribut dan bersitegang antara tamu dengan anggota Pamdal, sudah sering terjadi, tapi lebih banyak berakhir damai setelah sang “tamu” atau wartawan menyelipkan lembaran uang ke kantong mereka. Itulah potret Pamdal kita ini. Sudah waktunya ditinjau kembali bagaimana proses rekrutmen anggota Pamdal yang diduga sarat dengan KKN itu. (****)

2 komentar:

  1. kasihan yah kalo sampai di pecat gara2 jadi sumber berita saja keluarg nya mau di kasi akan apa.. kerja keras siang malam cuma gara2 jadi sumber berita sampai di pecat....
    mudah2an anda selalu di beri kesehatan dan di lindungi tuhan

    BalasHapus
  2. Terima kasih komentar dan waktunya sudah mau mampir

    BalasHapus