Rabu, 19 Mei 2010


21 Juli 2009 jam 6:33
Diunggah melalui Facebook Seluler

SUASANA yang sempat mencekam di Kampung Sawah Indah, Kelurahan Pulogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur pinggir tol Cakung-Cikunir, hingga Senin (20/07) petang sudah kembali tenang setelah dua hari sebelumnya (Sabtu, 18/07) nyaris terjadi bentrokan antara warga dengan kelompok massa dari luar kampung.

Menurut saksi mata yang saya temui di lapangan, suasana keributan dipicu oleh kedatangan rombongan massa dipimpin Ali Cs yang datang ke lokasi, Sabtu siang sekitar pukul 12.00 WIB. Mereka menyampaikan kabar akan mengosongkan lahan yang ditempati warga dalam waktu dekat. Kabar ini segera menyebar hingga dalam waktu singkat warga berkumpul.

Suasana menjadi panas, setelah Ali Cs, yang dalam pengakuannya kepada warga, adalah utusan dari perusahaan CV Asmawi -- pihak yang mengklaim bahwa tanah yang ditempat warga adalah milik perusahaan -- memasuki rumah Andree, salah seorang warga secara paksa dan tanpa permisi. Bentrokan pun nyaris terjadi, namun berhasil direda oleh kehadiran petugas Polsek Cakung yang tiba di lokasi.

Seorang saksi mata, kepada saya, sempat melukiskan kejadian tersebut bagai bentrokan atau tawuran warga antarkampung. "Huu seram pak, warga serentak keluar rumah membawa macam-macam peralatan dari dapur, apalagi dari pengeras suara di musholah, terdengar ada peringatan bahwa suasana lagi genting..., katanya". Warga kampung, katanya, sempat sudah saling berhadap-hadapan dengan kelompok dari luar kampung, yang entah dari mana, tiba-tiba kedatangannya memancing emosi warga.

Sejumlah petugas kepolisian dari Polsek Cakung yang dikonfirmasi, membenarkan adanya keributan yang sempat terjadi antara warga dengan pihak dari luar kampung, namun sudah berhasil didamaikan antara kedua belah pihak. Hal itu setelah massa sepakat bermusyawarah di kantor Polsek Cakung, melalui beberapa orang perwakilan warga.

"Mereka sudah ada kesepakatan dan untuk sementara tidak ada kegiatan dulu di lapangan," kata salah seorang petugas Polsek Cakung. Sayangnya, petugas piket ini menolak menjelaskan kronologis kejadian dan hanya mempersilahkan saya mencari keterangan sendiri ke tempat kejadian perkara (TKP).

Koordinator warga, Andree, saat saya temui di lokasi, mengakui dirinya mewakili warga bersama Abdul Gofur, perwakilan perusahaan CV Asmawi (ASCO Group), sudah membuat pernyataan di depan petugas Polsek Cakung dengan saksi-saksi Haji Irfan, Chaidir (perwakilan warga) dengan Ali dan Frengky (perwakilan Asmawi).

Isi kesepakatan, kedua belah pihak selama 10 hari terhitung mulai 21 Juli 2009 sampai 30 Juli 2009 tidak melakukan kegiatan yang mengarah provokasi.

Keresahan warga sendiri, berawal saat rumah mereka yang sudah 10 sepuluh tahun ditempati bersama anggota keluarga, terancam digusur kemudian mau diambil-alih oleh CV Asmawi (ASCO group), sebuah perusahaan kontraktor. Asmawi mengklaim tanah seluas lebih kurang 23 ribu M2 yang saat ini ditempati penggarap, adalah milik ASCO.

Rencana pengosongan itu, menurut Andree, tertuang dalam surat pemberitahuan yang ditandatangani H. Asmawi HS (pemilik ASCO GROUP) mengenai rencana pengosongan lahan dari ASCO kepada warga, berikut tawaran pemberian uang kerohiman.

Sementara itu pihak ASCO yang berkantor di Jl Pulogebang Cakung, hingga saat ini belum memberi klarfikasi. Salah seorang staf perusahaan, Nasir, juga menolak diwawancarai dengan alasan tidak berwenang. "Pak, saya hanya karyawan biasa," kata Nasir.

Dari pantauan di lapangan, tidak kurang sekitar 3000-an bangunan di antaranya tempat pemukiman warga yang dihuni lebih dari 7000 jiwa, berdiri di atas areal tanah garapan tersebut. Selain rumah tinggal, juga terdapat ratusan tempat usaha seperti bengkel, rumah makan, bahkan beberapa kafe yang setiap malam menjadi hiburan warga dan pendatang dari luar kampung.

Hingga Senin (20/07) petang, suasana di Kampung Sawah Indah Pulogebang ini, masih diliputi rasa kecemasan karena takut sewaktu-waktu dilakukan pengosongan lahan secara paksa. Namun aktivitas masyarakat yang umumnya masyarakat kalangan bawah ini, terlihat tetap berjalan seperti biasa.

"Kami mencemaskan adanya keributan kemarin. Apalagi munculnya orang suruhan perusahaan yang mencoba menakut-nakuti warga dengan gaya preman," kata seorang ibu pemilik warung, tak jauh dari sebuah musholah. ----- NUR ALIEM HALVAIMA, 20/07/09.

(catatan: tulisan ini juga dipublish di HARIAN TERBIT hal 5 edisi Selasa 21/07/09/ atau versi internet melalui www.harianterbit.com rubrik Megapolitan)

0 komentar:

Posting Komentar