WARTAWAN BODREK (1)
[jurnalisme] wartawan bodrek
Minggu, 18 Juli, 2010 17:53
Dari: "Hardi Baktiantoro"
Tambahkan Pengirim ke Kontak
Kepada: jurnalisme@yahoogroups.com
Teman - teman,
Berikut ini saya poskan tulisan seorang penggiat pembangunan desa. Semoga bisa mencerahkan hari Senin kita.
Wartawan BodrekShare
Yesterday at 10:46pm
Belakangan hari- hariku sibuk dengan kamera. Cepret sana Cepret sini, bukan model cantik yang saya foto melainkan jalan rusak, pembangunan masjid atau rumah tak layak huni. Sebuah kegiatan yang menyenangkan walau tak ada yang menggaji. Sebuah kegiatan untuk pembangunan desa agar lebih cepat mendapatkan perhatian dan realisasi dari pemerintah.
Beberapa warga desa mengira saya wartawan. Sampai suatu saat ketika sedang memotret jalan rusak..: "Maaf pak, jangan saya yang difoto pak, saya orang jauh, cuman numpang lewat saja,” seorang lelaki berkomentar sambil membenamkan topinya.
“Nggak pak, ini cuman kumpulkan data saja untuk pembangunan, mumpung bupati lagi kampanye..” saya menjelaskan.
“Ooo.. Saya fikir mau dimuat di koran..”
Entah sejak kapan wartawan di kampung saya bernilai negatif. Wartawan dianggap sebagai tukang cari masalah dan bisa dibayar untuk memuat berita tertentu sesuai dengan pesanan. Wartawan bisa pula jadi tukang peras. Bagi pejabat yang bermasalah pilih damai atau diekpos..
Tidak semua wartawan demikian, namun setidaknya adanya istilah wartawan bodrek, wartawan bodong, wartawan gadungan dll tentunya karena ada sesuatu yang mengawalinya, antara lain etika dan budi pekerti wartawan yang bersangkutan.
Apakah sahabat pernah bertemu dengan wartawan bodrek? Atau mungkin anda adalah wartawan bodrek? Jika anda kebetulan wartawan bodrek saran saya silahkan minum bodrek sebanyak- banyaknya untuk mengukuhkan status anda.
Salam bodrek!
WARTAWAN BODREK (2)
Re: [jurnalisme] wartawan bodrek
Minggu, 18 Juli, 2010 19:50
Dari: "ali afudy"
Tambahkan Pengirim ke Kontak
Kepada: jurnalisme@yahoogroups.com
tulisan santi menarik dan perlu dicermati. Bahsanya enteng, persoalannya pun
sering dianggap enteng. dampak wartwan bodrek, mall praktek ini luput dari
pantauan. gerombolan pengemplang saku nara sumber ini bak sebuah gunung es
yangtak pernah meletus. Suatau ketika saya ditanya oleh sekelompok masyarakat,
kalau ngundang wartwan itu plafonnya/herganya berapa.
Di sisi lain gaji wartwan yang masih di bawah kelayakan agar dikaji lebih dalam.
pemilik media sering menjerit kalau iklan lagi seret, ketika untung melimpah
meneng wae. tapi gaji kecil ini apakah bisa jadi alasan main sogok? hai pemilik
media, lihatlah kerja wartwan yang mulia melalayani publik itu dihargai yang
setimpal. Tanpa mereka anda pemilik media tidak bisa melakukan apa yang kau
maksud membuat terbuitan.
salam awasi bodrek, panatu pemilik media.
ali
WARTAWAN BODREK (3)
Re: [jurnalisme] wartawan bodrek
Minggu, 18 Juli, 2010 18:41
Dari: "Andri Arianto"
Tambahkan Pengirim ke Kontak
Kepada: jurnalisme@yahoogroups.com
Ironi memang menanggappi fenomena wartawan yang disebut-sebut seperti nama
sebuah obat. Tapi ya begitulah, akar masalahnya menurut "Orang kecil" seperti
saya adalah UNDANG-UNDANG (Selama ini dijadikan dasar hukum bagi sebagian yang
percaya). UNDANG-UNDANG kita sendiri tidak memuat penegasan soal itu (TIDAK
BOLEH ADA WARTAWAN BERMENTAL DEMIKIAN) dan semua terjadi secara harifah..
Apa alasannya begitu?? Jadi begini, Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah
masih banyak yang tidak menghargai arti penting soal tugas dan fungsi seorang
pewarta, akibatnya "KESEJAHTERAAN" kalangan itu kerap terabaikan secara
kolektif. Ketika banyak pewarta meributkan soal minimnya Upah Minimum Kota atau
regional justru Upah Minimum Karyawan Pewarta tidak disebut-sebut. dipikirnya
sama kali oleh Pemerintah.
Menurut Saya sih begitu yang menjadi alasan wartawan yang disebut-sebut seperti
nama obat itu bermunculan. Tapi siapa yang tau definisi nya secara jelas????
Tolong beritahu saya.
WARTAWAN BODREK (4)
Re: [jurnalisme] wartawan bodrek
Minggu, 18 Juli, 2010 18:30
Dari: "Jonru"
Tambahkan Pengirim ke Kontak
Kepada: jurnalisme@yahoogroups.com
Wartawan Bodrex sudah biasa kita lihat sehari-hari di televisi. Coba
lihat iklan Bodrex terbaru. Ceritanya mengenai kehidupan wartawan kan?
Hehehehe.. just kidding :)
Serius version:
Awal tahun 1998 lalu, ketika saya masih kuliah di Semarang, ada
konglomerat dari Jakarta yang mendirikan sebuah koran. Namanya Berita
Kita. Waktu itu masih edisi percobaan. Saya diajak bergabung oleh
seorang pria setengah baya berinisial P. Saya sempat melakukan
berbagai kegiatan jurnalistik ketika itu (wawancara, menulis dst)
Beberapa bulan kemudian, Soeharto Lengser. Dan koran tersebut pun tak
jadi terbit. Alasannya adalah krisis moneter.
Pak P yang saya ceritakan di atas, boleh dikatakan 100% asli wartawan
bodrex. Ketika meeting, atau ketika berbagi pengalaman, dia sering
"berbagi kiat" tentang cara "mengeruk duit" para nara sumber.
Salah satu cerita Pak P ini yang tetap saya ingat sampai sekarang,
adalah ketika dia (katanya) melakukan perjalanan dari Merak hingga
Jakarta. Setiap ada jembatan timbang, dia singgah. Kepada petugas di
situ, dia mengaku wartawan, dan mencancam akan membeberkan kasus2
pungli di lokasi tersebut. Dengan cara ini, sesampai di Jakarta dia
bisa memboyong puluhan juta rupiah :)
Untungnya, kami para kru adalah orang2 yang bermoral semua, hehehehehe.. :-D
Saya juga tak suka pada wartawan bodrex.
Btw, ketika dulu bekerja di Berita Kita tsb, saya juga pernah mendapat
perlakukan buruk dari calon nara sumber, yang belum apa2 sudah menaruh
curiga pada saya. Ya, itulah akibat ulah para wartawan Bodrex. Mereka
mencemarkan nama baik wartawan!
Jonru
0 komentar:
Posting Komentar