Minggu, 29 Mei 2011

oleh : Nur Aliem Halvaima

PERSAMI, "KEKASIH" YANG DIRINDU
Untuk kegiatan internal, anggota Pramuka Rutan Kelas I Cipinang, juga selalu dilibatkan seperti setiap kali upacara pengibaran dan penurunan bendera pada 17 Agustus di halaman Rutan atau Lapas masing-masing, peringatan hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Idul Fitri dan Isra’ Mi’raj.

Di luar itu semua, anggota Pramuka ini menjalani kegiatan dan latihan rutin setiap hari. Misalnya, pengibaran bendera pada pukul 06.00 WIB dan penurunan bendera pada pukul 18.00 WIB. Di sela-sela kedua tugas ini, mereka mengikut berbagai latihan selama 2-3 jam dimulai pada pukul 09.00 WIB hingga berakhir pada pukul 12.00 WIB. Kemudian istirahat lalu dilanjutkan lagi pada pukul 14.00 WIB hingga 15.00 WIB.

Latihan tersebut antara lain baris-berbaris, tali-temali dan bela diri karate. Mereka menjalani tugas piket di tempat khusus kunjungan keluarga tahanan, 2 orang setiap hari. Mengikuti kegiatan pengibaran bendera maupun penurunan bendera setiap hari secara bergantian untuk 3 orang anggota Pramuka binaan. Di samping ada 3 orang yang khusus mengawasi teman-temannya, anggota binaan di tiap-tiap blok sel.

“Khusus pada kunjungan keluarga tahanan pada hari-hari besar keagamaan seperti Idul Adha, Idul Fitri, Natal, anggota Pramuka yang ditugaskan sebagai piket jumlahnya lebih banyak. Soalnya, hari seperti ini adalah hari istimewa, pengunjung ramai, ” kata Zulfikri.

Di setiap Sabtu Minggu, adalah hari yang ditunggu-tunggu para anggota Pramuka. Ibarat orang yang mempunyai kekasih, maka hari Sabtu-Minggu inilah waktu yang selalu dirindu. Pasalnya, pada dua hari yang disebutkan di atas, mereka mengikuti acara kamping menggunakan tenda di halaman bagian dalam rutan atau lapas. Nama kegiatannya adalah PERSAMI alias Perkemahan Sabtu Minggu. Dimulai dari pukul 15.00 WIB hingga 04.30 WIB.

Pada jadwal yang diperlihatkan kepada saya pada saat berlangsung acara PERSAMI yang digelar Sabtu-Minggu 1-3 April 2011 lalu, materi yang diberikan meliputi pelajaran baris-berbaris, bela diri, pelajaran morse, belajar membaca kompas atau peta, senam kontak, upacara bendera, pembongkaran tenda dan lain-lain.

“Gerakan Pramuka ini secara umum memang bertujuan menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi penerus yang dapat menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa yang bertanggungjawab, serta mampu mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia dengan hal-hal yang penting,” kata Zulfikri.

Sementara khusus di lingkungan Rutan KelasI Cipinang, kata Zulfikri, gerakan Pramuka diharapkan sebagai wadah bagi Warga Binaan Pemasyarakata (WBP) agar menjadi manusia yang berkualitas, bermoral dan berguna bagi bangsa dan negara.

Saiko Damai, Humas Kwarnas Pramuka menambakan, melalui kegiatan Pramuka di balik “jeruji besi” ini -- sesuai tujuan MoU Kementerian Hukum dan HAM dengan Kwarnas Pramuka -- kedua lembaga ini antara lain, melakukan pembina terhadap generasi muda yang ada di Rutan dan Lapas, membina karakter anak bangsa yang kebetulan bernasib kurang baik, membuka peluang wacana bagi mereka agar kelak bisa berguna saat kembali ke tengah-tengah lingkungan masyarakat.

Tidak berlebihan agaknya, jika anggota “Pramuka Gudep Cipinang” seperti Wartono kemudian menggantungkan harapan yang besar saat menghirup udara bebas, setidaknya begitu ia nanti lepas-bebas dari balik “jeruji besi”. Wartono, atau paling tidak siapa pun yang senasib dengannya, bertekad akan mengembangkan ilmu ke-pramuka-annya.

“Saya sudah rindu ingin segera kembali ke kampung halaman saya di Batu Sangkar, Sumatera Barat. Kembali ke tengah-tengah masyarakat, bisa berguna dan keberadaan saya bermanfat bagi lingkungan sekitar,” kata Wartono, yang saat wawancara ini berlangsung – bertepatan Peringatan Ultah Pemasyarakatan 20 April 2011 dan menyongsong 50 Tahun Gerakan Pramuka. Sesaat terlihat secercah harapan membalut wajah Wartono – yang saat tulisan ini dibuat -- sedang mengurus PB-nya alias pembebasan bersyaratnya. Salam Pramuka, Bung Wartono...... (Selesai)

0 komentar:

Posting Komentar