Jumat, 21 Oktober 2011

(Hertanto Soebijoto | Jumat, 21 Oktober 2011 | 1Kompas.com)

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Seumur hidup, Reiny Prianahati (25) mengaku tidak pernah menerima kekerasan dari orangtua. Selama itu juga, ia tidak pernah merasakan bagaimana sakitnya ditampar.
Seumur hidup saya, orangtua saya saja tidak pernah menampar saya, tapi dia Amir kok berani. Namun, Jumat (21/10/2011) pagi ini, untuk pertama kalinya calon pegawai negeri sipil (CPNS) Sudin Kominfomas, Kantor Wali Kota Jakarta Timur, itu merasakan rasa sakit ditampar orang lain. Amir, Kasi Postel, Kantor Wali Kota Jakarta Timur, menjadi orang yang pertama kali memberikan rasa sakit pedih itu.

"Seumur hidup saya, orangtua saya saja tidak pernah menampar saya, tapi dia (Amir) kok berani," katanya sembari terisak menahan tangis. Saat ditemui wartawan di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, perempuan asal Bima, NTB, itu mengaku telah berkonflik dengan Amir sejak Senin (17/10/2011) lalu. Reiny menyebut dimaki-maki Amir di depan umum karena alasan yang tak jelas. Namun, perempuan berkulit putih itu masih bisa menerimanya dengan lapang dada, apalagi mengingat dirinya hanyalah seorang calon pegawai negeri sipil, yang sewaktu-waktu bisa didepak dari kantor tersebut.

Amir kembali berkonflik dengan sang CPNS. Saat sebagian besar pegawai Kantor Wali Kota beranjak istirahat, tiba-tiba Reiny yang masih berada di ruang Tata Usaha disambangi Amir yang langsung menghardik.
Dengan jari yang diacungkan tepat ke muka Reiny, Amir memaki-maki perempuan tersebut dengan kata-kata kasar. Laki-laki itu mengaku tidak terima karena Reiny tidak hadir pada rapat Postel, Rabu (19/10/2011) lalu. Lebih lanjut, Reiny menjelaskan, Amir juga kecewa karena sang CPNS itu tidak menandatangani daftar kehadiran rapat.

"Saya bingung, saya tidak diundang dan Postel bukan bidang saya, kok tiba-tiba dimarahi. Saya juga tidak tanda tangan karena saya memang tidak datang rapat," katanya.

Dalam makiannya, kata Reiny, Amir selalu mengungkit status Reiny yang merupakan seorang CPNS. Amir mengancam perempuan itu untuk jangan bertindak macam-macam. Alhasil, pitam Reiny pun ikutan naik. Ia balik menantang Amir dan bertanya apa yang kini laki-laki itu inginkan. Namun, Amir masih saja memakinya dengan kata-kata kasar.

"Saya kesal, akhirnya saya bilang sama dia, saya akan tanda tangani kalau bapak mau," tutur Reiny.
Perempuan itu pun pergi meninggalkan Amir untuk menandatangani absen kehadiran, tetapi belum jauh ia melangkah, Amir sudah keburu menghadangnya lalu mendorong Reiny yang bertubuh mungil itu.
Belum puas sang pejabat mendorong, kata Reiny, tangan kanannya pun dilayangkan ke pipi kiri sang CPNS, hingga perempuan itu nyaris terjatuh.

Takut sang pejabat akan berbuat lebih jauh, perempuan itu pun langsung melarikan diri, sedangkan Amir langsung ditahan oleh sejumlah pegawai yang kebetulan menyaksikan tindakan itu.
"Saya takut, dia tahu-tahu pukul saya," kata Reiny.

Atas tamparan dari Amir, perempuan itu menderita memar di pipi kirinya. Tak hanya itu, Reiny pun mengaku sempat shock dan ketakutan akibat kekerasan itu.

Kepala Sudin Kominfomas, Yunus Azizi, yang menjadi atasan Reiny, mengatakan, perselisihan tersebut terjadi karena salah paham. Yunus juga enggan menanggapi langkah apa yang akan diambil pihaknya terkait permasalahan yang dilakukan oleh pejabat Kantor Wali Kota Jaktim itu.

"Mengenai sanksi, saya harus tahu persis dulu seperti apa kejadiannya," jelas Yunus.

0 komentar:

Posting Komentar