Jumat, 23 Desember 2011

Berwisata “Haji” Tempo Doeloe (1) Berlayar Melalui Pulau Bidadari

REP | 09 December 2011 | 11:44 64 0 Nihil

JAMAAH haji Indonesia, dalam pekan-pekan ini, sudah berada kembali di rumah dan berkumpul dengan keluarga masing-masing. Itu setelah sebulan penuh mereka para “Tamu Allah” ini usai menunaikan rukun Islam kelima di Baitullah, Makkah al-Mukarramah, Saudi Arabiah.

Nah, pernahkah terlintas dalam benak kita, bagaimana orang tua kita melakukan perjalanan haji “tempo doeloe”? Di mana asrama karantina dan rumah sakit haji, tempat jamaah ditampung sebelum dan setelah pulang menunaikan ibadah haji?

Satu gugusan pulau dari Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, ada pulau bernama Onrust, tak jauh dari Pulau Bidadari. Di pulau inilah tersisa banyak peninggalan sejarah yang berkaitan dengan prosesi perjalanan haji. Pekan lalu, Harian Terbit mengunjungi Pulau Onrust untuk berwisata “haji”. Bagaimana kondisi Pulau Onrust sekarang ini? Berikut laporannya.

Pulau yang paling depan menghadap pantai Jakarta adalah Pulau Cipir (Cuiffer), Pulau Bidadari (Permerind), Pulau Kelor (Kerkhoff) dan Pulau Onrust. Sejak zaman Gubernur DKI Jakarta, Wiyogo Atmodarminto (1987-1992), keempat pulau ini pernah direncanakan untuk disatukan pengelolaannya sebagai obyek wisata  dengan satu nama “Paradiso”.

Awal tahun 1980-an PT Seabreez Indonesia pernah mengelola Pulau Bidadari dan Cipir sebagai resort wisata dengan penggantian Cipir menjadi Pulau Kahyangan. Namun hanya bertahan beberapa tahun.  Bahkan, pernah ada satu maket perencanaan pengembangan Pulau Onrust periode abad ke 18 ditampilkan di Balai Kota DKI dan dibahas bersama DPRD DKI.  Ada lagi rencana membangun cable car atau kereta gantung menghubungkan keempat pulau tersebut. Ini terinspirasi dari kereta gantung di Singapura dari Mont Feber ke Pulau Sentosa.

Entah kenapa rencana tersebut tak pernah kesampaian. Akhirnya kereta gantung terbangun juga , tetapi hanya di lingkungan Taman Impian Jaya Ancol.  Gagalnya ide Paradiso tersebut menurut wartawan senior H Suprihardjo, karena ada beberapa kepentingan yang saling bertentangan terutama dari sudut pandang sejarah arkeologi, pengembangan pariwisata dan daya dukung pulau pulau sejarah tersebut yang terbatas.
Tetapi pada hakekatnya keempat pulau itu tak terpisahkan. Minimal dari segi sejarah pertahanan Kota Batavia sejak abad ke 17 sampai pertengahan abad 19,  dengan adanya benteng dan gudang amunisi yang masih dapat dilihat di Pulau  Bidadari dan Pulau Kelor. Sedangkan di  Pulau Onrust tinggal puing dan pondasinya saja.

Antara pulau Bidadari dan Pulau Onrust, meskipun lain pengelolanya, jumlah pengunjungnya tidak jauh berbeda. Tahun 2010 Pulau Bidadari dikunjungi 21.000 wisatawan dan tahun 2011 ini menurut manajer resortnya, Roy Wowor diprediksi mencapai antara  26.000-28.000.

Ini terbukti sampai bulan September mencapai 23.000 orang lebih. Sedangkan Pulau Onrust tahun 2010 dikunjungi 19.000 orang dan tahun 2011 ini mencapai lebih 21.000 orang yang diprediksi oleh Kepala Seksi Tata Usaha Onrust, Pak Mahdi.

Roy Wowor menjelaskan pengunjung Pulau Bidadari sering menyewa perahu berlayar ke Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Cipir. Sebaliknya H Tugiyono, Kepala UPT Taman Arkeologi Onrust, juga mengungkapkan, untuk mencapai pulau bekas asrama karantina dan rumah sakit haji itu bisa melalui Pulau Bidadari. Selain dapat dicapai dari dermaga Marina Ancol, dari Muara Angke dan Muara Kamal.

Ini ia sampaikan di depan 70-an peserta sosialisasi Taman Arkeologi Onrust dari kalangan karyawan perusahaan computer di Mangga Dua, Sabtu 3 Desember 2011 yang baru lalu. Jadi untuk berwisata sejarah perjalanan haji di Pulau Onrust bisa melalui Pulau Bidadari. Artinya bagi wisatawan yang menginap di Pulau Bidadari dapat meneruskan perjalanan ke Pulau Onrust yang  hanya berjarak sekitar sekitar 400- an meter
 
Biawak Bersembunyi di semak-semak

BIAWAK banyak dijumpai di Pulau Bidadari. Kata Katimo yang sehari-harinya menjadi koordinator karyawan di pulau resort tersebut, biawak yang besar ada sekitar 100 ekor. Sisanya yang kecil kecil tidak terhitung. “Sulit didata karena hewan hewan itu adanya di hutan dan semak-semak di tengah pulau,” kata Katimo.

Para peserta outbond di Pulau Onrust, masing masing Petrus Purnawan dari Mangga Dua, Tri Astuti dan Rudy Riswandi dari RT 03/04 Pulogebang serta Maya dari SMP 153 Kebayoran Lama  mengakui  Pulau Onrust cukup menarik untuk dikunjungi seperti Pulau Bidadari.

Sayangnya di Onrust tidak ada lapangan olahraga dan gedung yang nyaman untuk para pengunjung membuat acara bersama seperti di Pulau Bidadari. Tetapi diharapkan tahun 2012 mendatang segera terwujud rekonstruksi barak haji yang akan dapat digunakan para pengunjung Onrust untuk hajat itu. Hal ini sering kali diutarakan H Tugiyono maupun Rucky Nellyta selaku pengelola Onrust. (Bersambung)

 Catatan: Tulisan ini selain ditulis di blog, juga pernah dimuat di Harian Terbit versi cetak di halaman Wisata atau versi online di www.harianterbit.com dan www.kompasiana.com/daeng2011
 

(aliemhalvaima.blogspot.com)1323405676482015422

 

0 komentar:

Posting Komentar