Jumat, 13 Januari 2012

Dampak Sertifikasi: Pendidikan Indonesia Mengalahkan Finlandia

OPINI | 14 January 2012 | 09:25 72 2 1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mengatur mengenai guru sebagai tenaga profesional. Sertifikasi merupakan proses pengakuan profesionalitas guru, guru yang memenuhi kompetensi sesuai yang disyaratkan berhak memperoleh sertifikat profesi pendidik dan mendapatkan tunjangan profesi yang besarnya satu kali gaji pokok. Meski menuai berbagai pro dan kontra, proses sertifikasi tetap dijalankan dengan berbagai perbaikan pada sistemnya. Tunjangan profesi guru yang diberikan kepada guru yang lolos sertifikasi telah berhasil meningkatkan kesejahteraan dan martabat guru, meski diakui belum berhasil meningkatkan profesionalisme guru.

Seorang widyaiswara LPMP Jawa Tengah, bapak Mulyadi HP, pernah menceritakan mengenai latar belakang diadakannya sertifikasi guru. Satu hal yang saya simpulkan adalah sertifikasi guru bertujuan meningkatkan daya jual profesi guru agar diminati oleh masyarakat, sehingga fakultas kependidikan bukan hanya menjadi jujugan alternatif tetapi menjadi tujuan utama, lulusan-lulusan terbaik sekolah menengah akan berlomba-lomba mendaftarkan dirinya menjadi guru.

Proses berjalannya sertifikasi guru memang tidak mulus, aroma kecurangan masih terendus, rasa ketidakpuasan masih terlontar, dan kecemburuan sosial makin meningkat. Tetapi satu hal menggembirakan telah terjadi, sebuah efek iringan yang menyertai meningkatkannya kesejahteraan dan martabat guru adalah mendongkrak minat masyarakat menekuni profesi guru. Peminat fakultas kependidikan mulai membludak, fakultas kependidikan menjadi jujugan favorit menggeser dominasi fakultas-fakultas lain yang semula difavoritkan. Membludaknya calon mahasiswa memungkinkan diadakannya seleksi, sehingga diperoleh calon-calon mahasiswa yang terbaik. Meski demikian proses rekrutmen guru masih mendapatkan sorotan. Rohmani , anggota Komisi X DPR RI mengatakan mekanisme rekrutmen guru perlu diperketat dan diperbaiki (kompas.com), pembenahan sistem rekrutmen guru harus ditempuh untuk mendapatkan guru yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas untuk melahirkan generasi yang terbaik.

Diakui atau tidak, hasil uji kompetensi guru telah menunjukkan kondisi SDM yang rendah. Guru masa kini merupakan produk masa lalu, saat profesi guru bukanlah profesi yang diminati dalam dunia yang materialistis karena memang tidak menjanjikan materi berlebih, sehingga  bukan hal yang aneh jika input fakultas kependidikan adalah lapis ke sekian. Lulusan-lulusan terbaik sekolah menengah lebih tertarik menekuni profesi yang lebih menjanjikan secara finansial. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi di Finlandia. Finlandia merupakan negara dengan mutu pendidikan terbaik di dunia. Di sana, profesi guru merupakan profesi yang diminati, lulusan-lulusan terbaiklah yang bisa menjadi guru. Damianus Bilo mengatakan bahwa di Finlandia, guru yang semuanya tamatan S2 merupakan pilihan yang dipilih dari sepuluh peringkat teratas lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur.

Guru memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan, tapi guru merupakan faktor utama yang dapat mendongkrak keberhasilan pendidikan. Pendidikan memang tidak memberikan hasil instan, tapi merupakan investasi jangka panjang. Saya berpendapat bahwa dampak sertifikasi adalah 20 tahun ke depan pendidikan di Indonesia dapat mengalahkan Finlandia. Dengan regenerasi, guru-guru yang sekarang hanya sekedar mendapat label profesional akan digantikan oleh guru-guru yang benar-benar profesional. Dengan adanya magnet sertifikasi adalah sebuah keniscayaan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Memang ini adalah sebuah mimpi, tapi ini adalah sebuah mimpi indah yang penuh gairah semangat optimisme, sebuah visi dalam menyikapi dampak positif sertifikasi.**

Sumber: Artikel YATI KURNIAWATI

http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/14/dampak-sertifikasi-pendidikan-indonesia-mengalahkan-finlandia/
KOMENTAR BERDASARKAN :

1 komentar:

  1. Terima kasih Bapak, sudah dishare tulisan saya. Tapi sekarang linknya diganti sama admin menjadi http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/14/dampak-sertifikasi-pendidikan-indonesia-kalah-dari-finlandia/
    Tulisan tersebut menjadi headlines tapi judulnya diganti oleh admin.

    BalasHapus