Sabtu, 14 Januari 2012


SETIAP daerah memiliki keunikan dan keanehan yang menjadi daya tarik wisata. Keajaiban itu menyebar dari mulut ke mulut yang akhirnya melegenda dan mengundang banyak orang untuk datang.

Begitu pula dengan Batusangkar. Selain memiliki peninggalan sejarah Batu Basurek dari zaman raja Adityawarman dan situs istana kerajaan Pagauyung, juga memiliki tempat keramat yang menyimpan misteri. Salah satunya adalah Batu Angkek-angkek yang terletak di Desa Balai Tabuh, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Letaknya hanya 9 km di sebelah utara Batusangkar.

Dina Pertiwi , Ny Riri Mayasari, Veza Rachmat dan Andin dari Jakarta dan Bekasi diantar Nenek Rafiah (88) Ketua Pejuang Laskar Wanita Limakaum Batusangkar dan Ny Samtiar, menyempatkan pergi ke sana. Menurut Dina, batunya berwarna hitam berbentuk mirip kura-kura. Dilihat sepintas seperti mudah diangkat. Namun ada tata cara mengangkat batu tersebut dengan didahului membaca kalimat syahadat dan basmalah. Sambil menyatakan niat dan mengujinya apakah keinginannya itu akan tercapai.

“Veza yang anak-anak kuat mengangkatnya, tetapi saya heran, Uni Sari yang badannya besar gitu nggak kuat,” ujar Dina mengenai Ny Mayasari yang gagal mengangkat batu ajaib itu. Ia sendiri berhasil mengangkat Batu Angkat-angkat tersebut sampai ke dada karena keinginannya pun sederhana saja.

Pengalaman “uji mimpi” ini juga dialami Ny.Trisnasari Ikhsan warga Jakarta. Pada tahun 2005 ia berlibur ke Batusangkar dan menyempatkan menguji keinginannya dengan mengangkat Batu Angkek-angkek. “Ternyata saya tak berhasil,” ujarnya. Kala itu ia berniat ingin menikah tahun depannya yaitu tahun 2006. “Tapi baru kesampaian tahun berikutnya, yaitu 2007,” tambahnya.

Pengunjung tempat wisata Batu Angkek- angkek ini tidak banyak, tetapi tiap pekan selalu ada. Jumlahnya tidak banyak antara 10 sampai 50 orang. Tentu saja bila liburan sekolah akan lebih banyak lagi.

Suara aneh dari balik batu

SEJARAH  Batu Angkek-angkek diawali mimpi dari Datuk Bandaro Kayo salah seorang kepala kaum dari suku Pilian. Ia didatangi oleh Syech Ahmad dan disuruh untuk mendirikan sebuah perkampungan yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Palangan.

PADA saat pemancangan tonggak pertama terjadi suatu peristiwa aneh, yakni gempa lokal dan hujan panas selama 14 hari 14 malam. Akibatnya diadakanlah musyawarah warga.

Pada saat musyawarah berlangsung terdengarlah suara gaib yang berasal dari lobang pemancangan tersebut. Suara itu menyatakan bahwa di lokasi itu ada terdapat sebuah batu yang dikenal dengan batu pandapatan, batu itu harus dirawat dengan baik.

Sekarang batu ini dikenal dengan Batu Angkek-angkek, ramai dikunjungi wisatawan. Untuk mengetahui pertanda niat seseorang tercapai atau tidaknya maka dapat dilihat terangkat atau tidaknya batu tersebut.
Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar kemudian mengelolanya dengan menempatkan petugas di tempat tersebut. (aliem)*

Salam,
Nur Aliem Halvaima

tulisan ini pernah dimuat di HARIAN TERBIT di: http://harianterbit.com/artikel/rubrik/index.php?kat=98
dan di Kompasiana.com (Kompas.com) klik di:


13265932941143066763

Tatatertib pengunjung ditempel menjelang masuk ke lokasi Batu Angkek-Angkek (dok: Suprihardjo)

0 komentar:

Posting Komentar