Sabtu, 21 Januari 2012










 Peralatan digelar di atas tikar, termasuk sepeda yang bisa digunakan jika mau berkeliling di lokasi (di darat tentunya) di areal arung jeram (foto2: NAH)





 Sejumlah peralatan seperti helm, baju pelampung, perahu karet yang menjadi perlengkapan saat melakukan kegiatan arung jeram. (Foto2: Google)

Komunitas wartawan yang tergabung
dalam kelompok FORWARA (foto: Koleksi NAH)


KETIKA komunitas wartawan yang tergabung dalam kelompok FORWARA (Forum Wartawan Kesra) -- sehari-hari meliput kegiatan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejateraan Rakyat -- menggelar outbound dengan memilih kegiatgan arung jeram di Sungai Citatih, Kabupaten Sukabumi, akhir 2011 lalu, banyak pengalaman yang bisa dipetik oleh peserta yang ikut program ini. 

Satu di antaranya, bagaimana memilih peralatan keselamatan selama di atas perahu karet, termasuk cara mendayung yang benar. Berikut tips yang saya simpulkan dari pengarahan sang pemandu kami:

Sebelum turun ke Sungai Citatih, Kabupaten Sukabumi, dan memulai kegiatan arung jeram, semua peserta diharuskan menggunakan berbagai peralatan khusus untuk arung jeram. Antara lain helm, pelampung, dayung. Peralatan ini tersimpan di sebuah tempat khusus berupa saung.

Setelah peralatan diambil dan dikenakan oleh masing-masing peserta, kemudian semuanya berjalan kaki dan diarahkan oleh pemandu menuju ke sebuah sungai yang berada di bawah jembatan gantung.

Jembatan ini bisa dilintasi mobil angkot. Hanya saja harus bergantian mengingat berat tonase kendaraan. Karena namanya saja jembatan gantung, ya sesekali terasa kita ikut bergoyang saat kendaraan melintasinya.

Sementara di bawah jembatan gantung ini, mengalir deras air sungai Citatih. Sedang hulunya terdapat Sungai Citarik, tempat arung jeram dengan rintangan yang lebih berat. Kedua aliran sungai ini kemudian bermuara ke laut melintasi obyek rekreasi Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

Jaraknya dari tempat pengambilan peralatan arung jeram tadi ke sungai di bawah jembatan gantung, berjarak sekitar 500 meter.

Di tempat ini sudah menunggu sejumlah perahu karet yang di tambatkan di sungai, dikawal oleh sejumlah tenaga pemandu yang siap mengantar melewati derasnya arus sungai Citatih.

Begitu selesai kegiatan arung jeram dan tiba di titik finish, semua peralatan tersebut  diserahkan kembali ke petugas khusus. Petugaslah yang kemudian mengumpulkan, termasuk perahu karet di atas mobil bak yg nanti diangkut lagi ke tempat start pertama.

Di tempat ini, juga disediakan tempat bilas menggunakan air bersih, tempat makan dan ruang terbuka untuk mencicipi air kelapa yang disiapkan pengelola arung jeram.

Karena peserta datangnya bersamaan, serentak ke tempat bilas, sempat terjadi antrean panjang. Baik di tempat pria maupun wanita.

Tapi jangan khawatir, tak jauh dari tempat bilas, disediakan tempat khusus untuk mijit, dengan tukang pijit laki-laki dan perempuan. Ada 5 orang tenaga pengurut, 4 wanita cuma 1 pria. Kaki, tangan, punggung, leher diurut dimana sebelumnya dioles minyak khusus.

"Gratis koq Mas, sudah satu paket dengan biaya arung jeram," bisik teman. Syaratnya cuma satu, harus meninggalkan nama dan kelompok sebagai peserta arung jeram, nanti tukang pijitnyalah yang melaporkan ke pengelola. Asyik kan?

Diajar cara mendayung
Di depan peserta arung jeram, pemandu juga memberi pengarahan soal penggunaan peralatan. Bagaimana cara memasang helm, pelampung, dan memegang dayung.

Juga ada aba-aba atau kode khusus dari pemandu. Misalnya, ketika pemandu memerintahkan "maju", artinya semua penumpang di atas perahu karet harus mendayung dari arah depan ke belakang.

Perintah "mundur", peserta harus mendayung berlawanan dengan perintah "maju" tadi. Yakni dari belakang ke depan. Perintah "stop" artinya harus berhenti mendayung dan peralatan dayung harus diletakkan di atas paha dengan posisi vertikal (melintang). Kalau mau memutar, tinggal mendengar komando berikutnya.

Kalau komandonya memerintahkan "Kiri" itu berarti yang penumpang yang berada di sebelah kiri harus mendayung dari arah belakang ke depan. Begitupun bila dapat komando "kanan", itu artinya sebaliknya. Pengarahan singkat ini, diberikan beberapa menit. Semua peserta nampak serius mendengarkan. 

"Ini penting loh Mas, karena menyangkut keselamatan kita dalam perjalanan. Coba kalau bandel tidak menuruti perintah pemandu, ya perahunya bisa melintir atau hanya mutar-mutar di sungai haha..." kata teman, Syariful Alam dari Radio Republik Indonesia, yang satu perahu karet dengan saya . Saya mengangguk, sambil dalam hati terus berdoa untuk keselamatan di atas sungai Citatih.  (aliem)


salam,
tulisan lain bisa diklik di
http: //aliemhalvaima.blogspot.com
http://daengnur.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar