PASIEN RSIJ PONDOK KOPI -- Wakil Walikota Jakarta Timur Asep Syarifudin, berdialog dengan pasien saat menghadiri Milad ke 23 RSIJ Pondok Kopi, Sabtu (12/12). Asep meminta pelayanan RSIJ menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tidak memandang agama, suku dan status sosial, khususnya lagi pasien yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. (foto: NUR ALIEM)
JAKARTA -- Masyarakat berharap pengelola Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Pondok Kopi, Jakarta Timur ke depan lebih meningkatkan pelayanan dan tidak pilih-pilih pasien. Juga jangan kaku dan tidak perlu harus menyiapkan uang muka serta pihak penjaminan, jika menerima pasien sekarat di Unit Gawat Darurat (UGD).
"Pasien, terutama yang sekarat di ruang UGD, sebaiknya ditangani cepat," kata Albert. "Jangan menunggu harus bayar uang muka dulu dan harus ada orang yang menjamin pembayarannya," kata Muali. Keduanya adalah mantan pasien kecelakaan lalulintas yang pernah ditangani petugas UGD RSIJ, kepada Harian Terbit, Minggu (13/12).
Harapan Albert Siregar warga Jl Radjiman, Kelurahan Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur dan Muali warga Duren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi ini disampaikan berkaitan Milad ke 23 RSIJ Jakarta Pondok Kopi, sehari sebelumnya. Albert mengalami kecelakaan lalulintas di Jl I Gusti Ngurah Rai, Klender dan sempat dirawat 10 hari, sedang Muali hanya sempat ditangani beberapa jam di ruang UGD dan langsung bisa pulang.
Menurut Albert, pengalamannya sangat mengenaskan. Saat kecelakaan dirinya pingsan dan ditolong petugas Polantas ke RSIJ. Ia baru sadar setelah sempat beberapa jam terlantar di ruang UGD karena tidak ada yang menjamin. Petugas UGD baru turun tangan, setelah anggota keluarga datang membawa uang panjar. "Benar-benar tidak manusiawi," keluh Albert.
Pengalaman mengecewakan, juga disampaikan Muali. Saat kecelakaan di sekitar fly over (jalan layang) Pondok Kopi, karyawan swasta ini diminta oleh petugas untuk mengisi sendiri data di formulir pendaftaran di ruang UGD, dan berjalan sendiri ke apotik RS menebus obat. "Bayangkan, kepala masih pusing, melangkah masih pincang, eh masih disuruh menulis identitas dan berjalan jauh ke apotik," kata Muali.
Karenanya, keduanya setuju dengan instruksi Wakil Walikota Jakarta Timur Asep Syarifudin, saat menghadiri Milad ke 23 RSIJ Pondok Kopi, Sabtu (12/12). Asep meminta pelayanan RSIJ menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tidak memandang agama, suku dan status sosial, khususnya lagi pasien yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah.
"Dengan pelayanan yang diberikan secara merata dan tidak tebang pilih tersebut, diharapkan tingkat kesehatan masyarakat dapat semakin baik dan meningkat. Rumah sakit jangan pilih-pilih pasien. Setiap pasien yang datang harus ditangani dan dilayani dengan baik," kata Asep Syarifudin, didampingi Dirut RSIJ dr. H. Lukman Ali Husin, Sp.PD, Kepala Badan Pelaksana Harian RS Islam Jakarta Ir. Wirdan dan DR. Anwar Abas M.Ag, MM.
Menurut Wakil Walikota, di tengah ekonomi masyarakat yang masih sulit akibat imbas dari krisis ekonomi global yang belum usai, RSIJ Pondok Kopi dituntut untuk turut serta membantu meringankan beban kehidupan masyarakat, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang murah bagi masyarakat miskin serta pelayanan yang tepat guna sesuai kemampuan dan berbasis kemanusiaan.
“Saya berharap, kartu Gakin (keluarga miskin, red) berlaku di RS Islam Jakarta Pondok Kopi ini, dimana masyarakat miskin dapat merasakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan, memadai dan sesuai ketentuan yang berlaku,” pesan Asep, sambil mengharapkan bantuan dari RSIJ mendukung pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di kota Jakarta.
Dirut RSIJ Pondok Kopi dr. H. Lukman Ali Husin, Sp.PD mengatakan, rumah sakit yang dipimpinnya selalu ambil bagian bersama pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Selain prasaran dan prasarana, sumber daya manusia juga ditingatkan mutu dan keterampilannya. "Semua ini dilakukan demi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat agar semakin baik,” tutur Lukman Ali Husin (aliem)
0 komentar:
Posting Komentar